Dear calon imam saudariku,
Siapapun kamu, awalnya hanya orang asing. Tak kenal lebih
jauh dan lebih dalam tentang saudari ku ini. Pernikahan sudah mengikat
kalian. Mahar sudah diserahkan sebagai bukti untuk saling berkerelaan. Maka
untuk nanti, kekurangan yang akan kau lihat semoga tak memudarkan cinta yang sudah
bersemi seba'da akad. Dia ini rapuh, akhi... diam-diam dia mengadu kepada
Rabbnya dalam kelemahan. Maka keasinganmu, semoga tak lama.. Lalu diganti
dengan keakraban yang semakin hari semakin besar dan membesarkan keta'atan
kalian berdua.
Atas izin ayahnya,
Atas ijab yang kau qabul-kan. Saudariku ini,
ada yang memilukan dihatinya. Laki-laki hebat yang memperjuangkan
penghidupannya, lalu kini ketika ia tumbuh, kau ambil ia dari lelakinya. Semoga
cara mu meminta mendatangkan ridha untuk saudariku, juga ridha untuk mu yang
sudah menjadi bahagian dari keluarga sederhananya. Sebab kau juga harus paham
sebuah ungkapan kami-kaum hawa kepada seorang ayah, "Dad...someday i will find
my prince. But you are still my king". Ia tetap hebat untuk saudariku dan
keluarganya, dengan segala keterbatasan dan kekurangan. Jadi pahamilah...
Karena aku pun memahami, tentang bakti yang harus kau dahulukan 3X sebagai
sunnah nabi kita... Juga saudariku ini paham sekali akan itu.
Akhi.... ada
banyak problematika dalam pernikahan semenjak kalian bersanding diatas
pelaminan. Tapi ia kecil, ia remeh, jika Allah yang kita besarkan. Bukan ini
yang akan aku pesankan, sebab kau lebih paham. Aku hanya berpesan, kelak...
ketika kalian sudah saling disibukkan dengan hak dan kewajiban masing-masing, tetaplah
istiqomah dan meng-istiqomahkan saudariku ini dalam kekebaikan. Aku, memang saudarinya. Tapi tak serta merta mampu menguatkannya
seperti yang sebelumnya. Karena akan ada kekuatan yang lebih istimewa. Maka
jadilah istimewa untuk lahir dan batin dia:")
Istimewalah dengan caramu,
akhi. Tak perlu menjadi orang lain, jadilah kamu dengan iman yang terus
diperbaharui, niat yang senantiasa diluruskan, dan taat yang terus meningkat.
Tak perlu obral janji, tak perlu jauh dalam angan, cukup amal yang membuktikan.
Karena kita mendengar, bahwa CINTA oleh Umar bin Khattab adalah kerja jiwa raga
dalam pembuktian.
Juga tak perlu jumawa dalam rentang bulan madu. Seperti yang
kekinian terjadi. Kata mesra, panggilan sayang, upload foto berdua dimedsos,
alangkah baiknya untuk dihindari. Terlepas karena alasan menjaga perasaan yang
masih sendiri, alasan lainnya adalah menjaga izzah saudariku. Tak perlu kau
ganti gambar profil facebookmu dengan fotonya, karena toh selama ini ia sudah
menjaga dirinya. Maka jangan kau robohkan penjagaan yang sudah dibangunnya.
Cukup teruskan, atau kuatkan.
Lalu, untuk mu saudariku, juga untukmu calon imam
saudariku...
Semoga kalian saling mencinta sekedarnya. Cinta yang justru melipat-gandakan
cinta pada Rabb kita, yang justru mendatangkan ketaatan demi ketaatan. Juga cinta
yang marahnya karena Allah dan rindunya karena Allah.
Sampai jumpa nanti 30
Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar