Tulisan
ini, di rilis ketika segala sisi dan kondisi mulai stabil dan fleksibel, siap
dengan pertimbangannya, siap dengan keputusannya, dan siap dengan penerimaannya.
Beberapa
hal tentang “Kehilangan” yang akan diceritakan, berikut juga dengan hikmah yang
terlalu banyak untuk dijabarkan. Tetapi, beberapanya mungkin akan disebutkan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Jika kau tidak siap dengan kehilangan hal kecil, bagaimana mungkin kau akan siap dengan kehilangan
hal yang besar?”
Bukan
tentang sebuah awalan, tapi bagaimana setiap proses mampu membentuk setiap
kepribadian. Bukan tentang sebuah perpisahan, tapi bagaimana setiap pertemuan
terajut indah hingga mampu memaknai apa itu “ukhuwah”. Bukan juga tentang
ketermilikan, karena setiap kehilangan akan digantikan dengan ketermilikan-ketermilikan
berikutnya.
Kehilangan
Yang Pertama, tentang Lembaga yang mengharuskan untuk melakukan pembelahan diri.
Logika sederhananya, sebuah sel akan membelah diri agar segala fungsi organnya
bekerja dengan baik, tidak terlalu berat, dan yang paling penting adalah
berkembang biak. Maka Lembaga Kemanusiaan Nasional ini akan terbagi dalam 2
fokusan, entah itu yang focus pada zakatnya saja, juga yang focus pada kemanusiaannya
saja. Untuk apa? Sungguh yang memahami kondisi ini, insyaa allah akan bersepakat
tentang hakikat kemashlahatan umat., untuk
kebaikan umat agar Zakat mampu diorganisir dengan baik, massif, dan menyeluruh,
Insyaa allah. Juga berkenaan dengan targetan yang lebih besar, agar saudara di
Luar Negeri sana, dibelahan Bumi manapun, dengan suku dan warna kulit apapun mendapatkan
pemenuhan kebutuhan dan berkahnya rezki sesama saudara. Masyaa Allah.
Benar
bahwa kami akan menjalani sebuah proses yang tidak biasa, benar bahwa kami akan
“kehilangan” beberapa rekanan sejawat,
juga benar bahwa kami harus melipatgandakan kekuatan dan pertahanan dari
yang sebelumnya, tapi TIDAK untuk persaudaraan yang kami miliki, tidak untuk
silaturrahim yang kami bangun sendiri. Sebab kami, berhubungan bukan hanya
karena pekerjaan, kami berinteraksi juga bukan hanya karena urusan kepentingan,
kami berkomunikasi tidak hanya sekedar antara karyawan dan pimpinan.
Secara
pribadi, seluruh kolega memiliki kesannya sendiri-sendiri, menciptakan ruang
disudut hatinya sendiri-sendiri, menentukan ukurannya pun sendiri-sendiri.
Mulai dari pimpinan yang siap mendengarkan segala apa yang disampaikan
bawahannya, hingga kepala divisi yang memotivasi bawahannya untuk terus
memperdalam segala hal tentang menulis bahkan pun memandu untuk membuat blog
pribadi. Atau juga tentang kelakar dan pembuliyyan
yang berlebihan, yang sesudahnya diakhirkan dengan kata maaf, atau….setahun
kebelakang yang menjadikan saya banyak belajar tentang penerapan ilmu-ilmu yang
didapatkan, juga termasuk dalam mendapatkan ilmu baru serta berbagi apa-apa
yang dipahami. Bukan berlebihan, sama sekali tidak. Melainkan ini pengakuan,
bahwa mereka semua ISTIMEWA. Intimewa dengan keunikannya masing-masing.
Jazaakallah
Khair untuk Pak Zul yang sudah menjadi kakak sekaligus pimpinan yang statusnya
bukan “mendikte”, melainkan mengarahkan. Jazaakallah khair atas segala
apresiasi yang barangkali termasuk kedalam kategori berlebihan, tapi
mudah-mudahan ia menjadi do’a… Do’a untuk kami, karyawannya agar semakin total
dalam pemenuhan amanah. Bukankah do’a pemimpin yang adil itu makbul? Mari berburu
do’a mereka, do’a para pemimpin sholeh dan yang mensholehkan… (Do’a apa yaaa,
hehe). Tapi, jazaakallah khair Pak Zul, untuk segala kebaikan yang tidak mampu
dirincikan.
Jazaakallah
khair untuk Pak Adin, Kepala Bidang yang mengarahkan kerja bawahannya dengan
bahasa yang mudah dipahami. Untuk setiap sajak dan pantunnya yang menghibur,
untuk setiap motivasinya yang dilebur, semoga sehat selalu, juga tidak pernah
berhenti untuk terus berkarya dalam keunikan dan ke-khas-annya.
Jazaakallah
khair untuk Pak Ferry. Banyak belajar tentang sabar dan ketenangan dari Pak
Ferry, banyak belajar menahan amarah bahkan pun sudah sampai ke taraf “penyudutan”,
dan mohon maaf saya menjadi salah satunya. Tapi, sabarnya Pak Ferry luar biasa.
Jazaakillah khair Kak Lusi. Kakak, yang
pribadinya mudah untuk didekati. Sanguinisnya kental sekali, kadang-kadang suka
“bertengkar” dengan sanguinisnya saya, tapi….mendiskusikan banyak hal dengan
kakak adalah sebuah keasyikan. Berbicara empat mata dengan kakak adalah
kelegaan, lega karena mampu memberikan solusi entah itu tentang pekerjaan atau
urusan pribadi. Dan yang akan “diopor” ke Padang, semoga kakak Allah kuatkan
dengan kebaikan yang sudah dilakoni. Sayang kakak karena Allah, semoga
didekatkan jodoh se-hidup se-jannahnya segera, Aamiin
Jazaakillah khair untuk Front Line kami, Nurul. Ternyata usia
memang tidak menentukan tingkat kedewasaan seseorang, ya Nurul. Untuk beberapa
moment kita pernah saling bekerjasama, lalu Nurul menjadi yang menenangkan
dikala yang lain “sok hiruk pikuk” (maksudnya saya-red). Jazaakillah khair atas segala kemudahan yang diberikan, juga
kelembutan yang meneduhkan, semoga Nurul tetap Istiqomah, untuk setiap kebaikan
yang pernah didapatkan selama “kita” bersama.
Untuk Kak Meri, Jazaakillah Khair ,Kak…. Terimakasih
sudah menjadi pendengar yang baik, untuk hal apapun dan dimanapun, untuk yang
sudah menemani segala yang amel minta, bahkan sampai minta tolong ambil gambar di Jam Gadang, atau untuk semua baiknya yang tidak tampak tapi begitu terasa.
Salam Koleris dari Amel, kak… semoga dikuatkan kakak untuk jasad dan ruhnya.
Untuk kak Rahmi, Jazaakillah khair. Kakak
yang menjadi alasan kedua untuk menangis menahan rindu, untuk yang diam-nya
begitu menggelisahkan dan tidak menenangkan, juga kakak yang mampu mengambil
hikmah dengan caranya yang berbeda. Tentang perjalanan hidup, barangkali kita
memang berbeda. Tapi sungguh, hikmah yang ingin kita kumpulkan adalah hikmah yang
sama, bukan?
Untuk Kak Menda, “Kok kakak baik kali,
ya?”. Aduh, maaf kak kadang amel memang suka mendominasi. Hehe. Tapi kak Menda
sabarnya, tenangnya, baiknya, bahkan helmnya sampai harus “dihilangkan”, tetap
tidak apa-apa. Kak Menda…..:”)
Untuk Pak Kasman, Jazaakallah khair
karena sudah mau disusahkan dengan permintaan pulsa kapanpun kami mau (udah
gitu nunggak lagi), Jazaakallah khair Pak, semoga usahanya semakin lancer,
jaya, dan berkah.
Pak Bus, Jazaakallah khair sudah menjadi
salah satu partner yang “sekufu”. Mudah sekali connect apa yang amel sampaikan dengan apa yang dimaksudkan. Pak
Bus masih hutang cerita lho, ya. Jazaakallah khair Pak Bus, semoga dilapangkan
rezkinya untuk mendapatkan momongan.
Untuk Pak Diko dan Pak Abbas, sengaja “disimpelkan”
agar tidak menjadi fitnah. Tapi Jazaakallah khair untuk semuanya. Ide, gagasan,
kritik, saran, masukan, dan kelegowoannya selama beriteraksi.
-----------------
Akhirnya, ini bukan sebuah pengumbaran
kebaikan, tapi cara kita dalam berterimakasih bisa jadi berbeda. Dan kali ini,
saya berterimakasih untuk sebuah “kehilangan” , yang sebelumnya – betapa mereka,
sudah menciptakan sebuah “kehadiran” nya masing-masing dengan caranya yang berbeda-beda.
Uhibbukum Fillah,
bersambung
(Untuk "kehilangan" yang Kedua akan menyusul,hehe)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar