JALAN MASIH PANJANG
Ternyata tidak hanya panjang,
tapi jalan yang lurus juga banyak ujiannya, banyak rintangannya.
Jika dalam sehari semalam minimal
lima kali kita memohon agar ditunjukkan jalan yang lurus, tapi nyata-nyatanya
angka itu adalah sebagai sarana untuk menyadarkan sekaligus mengingatkan bahwa
hidup tak melulu yang mulus mulus saja, bahwa perjuangan tak melulu yang mudah
mudah saja, juga bahwa semua ujian tak hanya yang ringan ringan saja.
Lalu dimana bengkoknya? Dimana
patahnya?
Sebab diri sendiri menjadi ujian
adalah peluang besar,
Sebab Idealisme sendiri menjadi “pembunuh
berdarah dingin” juga punya kesempatan,
Atau terjebak dengan sanguinisnya
dirimu juga mampu merobohkan pertahanan…
=====================================================================================
Ihdinashshiraatal mus’taqiim – Tunjukilah kami jalan yang lurus
Shiraatalladzii naan’am ta’alaihim – Yaitu jalan orang-orang yang
Engkau beri ni’mat kepadanya…
Lalu Allah rincikan dalam Surah
ke 4 ,An-Nisa ayat ke 69, bahwa Jalan orang-orang yang Dia beri nikmat adalah
mereka Para Nabi, Pecinta Kebenaran, Syuhada, dan mereka yang sholeh~
=====================================================================================
Balik ke Topik,
Mengambil kesempatan dan masa
terbaik dimasa lalu adalah kearifan,
Menjadikannya sebagai
pembelajaran dimasa sekarang adalah kebijaksanaan,
Dan menjadikannya salah satu
rancangan dimasa yang akan datang adalah kedewasaan.
.
Lalu dulu kita ingat tentang
perjalanan awal-awal kebaikan itu mulai tertananm,
Kita ingat saat dulu setiap ta’limat
adalah prioritas dalam ketaatan,
Atau keterlambatan dalam kajian
pekanan adalah kezhaliman,
Serta duduk paling belakang dalam
tasqif adalah kepayahan.
Dulu juga amanah adalah
pertanggungjawaban
Hukuman oleh Dewan Syura adalah
keinsyafan
Serta daurah-daurah dari mas’ul
dan mas’ullah adalah kebahagiaan
.
Semua adalah kebaikan,
Alhamdulillah…
.
Hanya sedang rindu akan
kebaikannya yang coba untuk dimunculkan kembali, seperti saat saat Daurah
Siyasi, yang kita paham sekali arti “berbaur tapi tak melebur, mewarnai tapi
tak terwarnai”. Tapi ya gitu. Seolah-olah naluri bertolak belakang dengan
sanguinisnya pribadi, hingga paham semboyan itu tak mampu lagi menjadi tameng
pertahanan diri.
Lalu kelemahan ini hanya
bersolusikan satu dari Murabbi, “Evaluasi Ulang setiap kuantitas dan kualitas
amalan yaumi, sebab yang bisa melakukan filter antunna ya diri antunna sendiri”
Semoga Allah terus bimbing kita,
terus jaga kita, terus tuntun kita ke jalanNya yang lurus, Jalan para Nabi dan Rasul, Jalan Para Pecinta
Kebenaran, Jalan Pejuang Syuhada, dan Jalan hamba hambNya yang Sholeh. Aamiin
Sekian,
Dari aku yang nalurinya sering
terjebak oleh pribadinya