Karena Keindahan selalu Mesra
Se-mesra Ya’qub bertanya pada putra-putranya,
tentang apa yang akan mereka sembah
sepeninggalnya,
Se-mesra Isa berkata dalam buaian, “..Dia
menjadikan ku seorang Nabi”,
Se-mesra Sulaiman, saat kekuasaannya tiada
tanding mampu membuatnya menjadi hamba yang bersyukur,
Se-mesra Ayyub, 18 tahun terserang penyakit
hingga ditinggal isteri dan anak keturunan, maka sabar menjadi obatnya,
Se-mesera kisah Luqman, putranya, dan seekor
keledai,
Se-mesra Ibrahim dengan ayahnya sang pembuat
berhala, namun tetap dengan panggilan mesra, “Yaa Abati…”,
Se-mesra Harun yang menemani perjuangan
dakwah Musa,
Se-mesra isteri Imran dalam menazarkan
kandungannya menjadi pengabdi Masjidil Aqsa,
Se-mesra Zakaria dalam meminta kepada
Rabbnya, meski uban telah memenuhi rambut isterinya atau mandul menjadi
penyebabnya,
Se-mesra Jibril saat memeluk Rasulullah di
Gua Hira’,
Se-mesra pertengkaran Umar dan Abu Bakar,
yang selalu diakhiri dg isak tangis keinsyafan,
Se-mesra cinta dalam diamnya Ali dan Fatimah,
atau Fatimah dan Ali,
Dan….se-mesra Rabb kita dalam menyeru,
“Hai jiwa yang tenang,
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”
“Hai jiwa yang tenang,
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”
.
.
Maka kita kan temukan, Sang Pemilik Keindahan itu begitu mesra,
Juga setiap kemesraan selalu indah dalam porsinya...
Maka kita kan temukan, Sang Pemilik Keindahan itu begitu mesra,
Juga setiap kemesraan selalu indah dalam porsinya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar