Jangan sholat karena ingin khusyu’,
karena jika khusyu’ yang kau tuju, dimana posisi Allah sebagai Dzat yang
diharapkan keridhaanNya? Sholatlah untuk mendapat keridhaan Allah, Rabb Azza wa
Jalla, sebab setelah khusyu’ pun, ada ikhlas lillahita’ala yang harus
diupayakan (Ustd.Idris Al Hafidz)
Untuk khusyu’, bukan tentang
seberapa banyak air mata yang berjatuhan saat sujud dan ruku’mu, tapi saat kau
mampu menjauhkan diri dari maksiat, dari sholat yang satu menuju sholat
berikutnya (Lapis-Lapis Keberkahan)
Bahkan tak disangka, Imam
An-Nawawi mengatakan dalam ulasan Al-Wafi nya; jihad melawan hawa nafsu dan
syahwat serta mengarahkannya untuk meninggalkan segala yang Allah larang, lebih
besar pahalanya daripada mengerjakan amalan-amalan fardhu.
Menurut saya, ia berhubungan
dengan JANNAH, bahwa ia diraih bukan karena ibadah fardhu dan sunnah yang kita
kerjaan-sebab semua memang tak seberapa, kecil, lagi tak cukup sebagai penebus
FIRDAUS, tapi Jannah diraih karena RIDHA ALLAH semata. Maka apa-apa yang kita
lakukan, amalan-amalan ini dan itu hanya sebagai perantara untuk menggapai ridha Allah,
ngga lebih.
Dzikirmu memang
istimewa,
Rapinya aurat mu yang tertutup
memang kewajiban yang harus dipenuhi,
Atau Dhuha mu memang amalan
sunnah yang juga diutamakan,
Tapi semua juga tak berarti
apa-apa jika Allah tiada meridhai segala sisi jasad dan ruh mu.
“Mardhatillah, Ya Rabb”- Thufail Al-Ghifari
Lalu sambung Umar bin Abdul Aziz,
masih dalam Al-Wafi di bab yang sama, bahwa TAQWA bukan tentang sholat malam
atau puasa disiang harinya, atau perpaduan keduanya, melainkan meninggalkan
segala yang Allah larang dan menjalankan segala yang diperintahkan. Pun setelah
itu jika melakukan amalan, sungguh ia adalah perpaduan kebaikan setelah
kebaikan.
Adapu KHUSYU', setelah ikhlas karena Allah serta mencari ridhaNya, ia akan datang dengan sendirinya. Percayalah:)
Selamat makan siang
PKPU Bukittinggi 17 September
2015
13:17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar