"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Rabu, 10 Juni 2015

Dokter Muda, dan (calon) Jodohnya

A Special Gift, for a Special Young Doctor

Dalam sebuah kutipan gambar, tertulis “Hidup itu seperti Film…” dari akun @ukhti_susan ,katanya. “Banyak orang menontonnya, tapi sedikit yang mengerti apa yang terjadi dibalik layar…”

Statemen ini ditutup dengan tanda tanya, agaknya kurang pas jika dalam bentuk pertanyaan, karena menurut saya memang begitulah sunatullahnya kehidupan, tak perlu lagi dipertanyakan. Tak ada mereka yang benar-benar paham tentang kita, sekali pun mereka mengatakan, “Aku temanmu, aku memahamimu”. Juga meskipun Tafahum adalah level kedua setelah Ta’aruf, lalu apa ada jaminan benar-benar langsung memahami orang lain? Tak ada!!! 

Sebab yang sudah pasti lebih dekat dan lebih paham tentang kita, justru bukan diri kita sendiri, apalagi orang lain. Tapi Sang Pencipta yang sudah berfirman, “…dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (Qaf : 16), juga tentang Al-Baathin, catatan kaki Surat Al-Hadid ayat 3 ini menjelaskan, “…dan Dia lebih dekat kepada makhluk daripada makhluk itu sendiri kepada dirinya”. MasyaAllah
Jikalah sudah begini, harusnya kita Tawakkal Maksimal saja lah lagi, ya dok sama yang Maha Memahami kita :’)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perkenalan kita terbilang singkat, Oktober 2013 hingga mei 2014, tapi syahdunya percakapan kita dalam akun Whats App justru semakin melekatkan meski terpisah dalam  kota . Alhamdulillah. Allah luaskan hati kita dalam bersaudara, Ya ngga Dok :D
Apa tah lagi jika temanya tentang Jodoh, Ah sudahlah. Agaknya tak perlu kita posting satu per satu isi nya disini, kan Kak ?

Tapi dari kesemua cerita yang terhimpun, tak ada yang lebih mengesankan kecuali kalimat-kalimat penutup dan menghibur diri untuk meningkatkan keyakinan terhadap janji dan takdir Tuhan. Selalu. Selalu penutupnya adalah kita sama-sama saling menguatkan dalam kesabaran dan keikhlasan saat masa-masa penantian ini sedang berlangsung, hingga disuatu sore, diatas angkot Bukit Apit dan dibawah derasnya hujan, kita sama-sama menyepakati, bahwa ,”Selama masa bersendirian ini, maka biarlah kita menikmati masa-masa ini dengan optimal”. Bahagia dengan kebahagiaan yang bisa kita lakukan dengan berjalan sendiri, tertawa dengan tertawa yang bisa kita lepaskan saat mampu membasahi wajah dengan air hujan seorang diri, serta mampu menyapu setiap sudut jalanan seorang diri. Kita bahagia, Kak. Kita Bahagia.

Lalu kita sengaja mencari-cari sebab dan alasan lain yang kita benar-benarkan saat tanya selalu menyerang disegala situasi, disegala kondisi. Bahkan jawaban SABAR tak lagi sanggup menutupi segala kejenuhan pertanyan yang bertubi, juga jawaban IKHLAS tak lagi menjadi jawaban itu sendiri.

LALU APA?

#NanyaSerius


Ada sebuah keyakinan yang seharusnya selalu kita pegang dalam mengharap kebaikan dan balasan dari Allah.SWT. Cerminannya dalam kisah tiga orang pemuda yang terkurung dalam gua dengan bebatuan yang menutup segala sisi. Hajatnya kepada Rabbnya, agar bebatuan ini mampu bergeser hingga terbukalah jalan untuk keluar yang disebabkan kebaikan-kebaikan yang pernah mereka lakukan.

Maka, untuk mu, dokter muda, kakak dan sudariku, keyakinan ku akan kebaikan yang sudah diperbuat tiada mungkin Allah sia-siakan. Bersabar. Sabar lagi, sabar terus. Fashbir’ shab’ran jamiila, Maka bersabarlah engkau (Muhammad) dengan kesabaran yang baik. Rasulullah saja disuruh sabarnya tidak hanya sekedar sabar, tetapi KESABARAN YANG BAIK. Nah saya juga bingung gimana kesabaran yang baik itu, kak. Tapi yang pasti, ia adalah sabar kerena allah, sabar yang tak berTAPI dan tak berTEPI.

Berbuat baik banyak-banyak, memberi manfaat sebanyak-banyaknya,lalu  melupakannya, dan berdo’a agar Allah balas perbuatan baik kita itu. Disampingnya ada ikhtiar, doa, dan tawakkal yang paripurna. Semoga kita bersabar dengan kesabaran yang baik, kak:']

karena kita takut, benar-benar takut kalau kita lelah dan jenuh mengahadapi segala tanya, adakah kita termasuk orang-orang yang RAGU terhadap janji Tuhan?

Sepenuh Cinta,
Dari Sudut kantor PKPU,
Untuk sudut RSUD Kota Solok

dr.Thesa Ariyanti

Senin, 01 Juni 2015

Salam Cinta, dari para orang tua kita

Ada video yang begitu menyentuh. Seorang peserta kontes music cilik menyanyikan lagu Sakha, IBU. Betapa ia mampu membuat para dewan juri menangis, lalu penontonnya pun ikut menangis ; SAYA salah satunya.
Tentang Ibu….
Suatu kali saya ditanya sibungsu, “Mba cita-citanya mau jadi apa?”
Lalu saya jawab sebelum beberapa menit sebelumnya berpikir, “Mba mau jadi ibu rumah tangga yang baik”, sambil nyengir.

Ya Allah, saat itu saya tahu separuh hati Ibu hancur, sebab tak ada orang tua yang inginkan anaknya empat tahun kuliah lalu ujung-ujungnya ‘hanya’ menjadi IRT. Tapi hati yang separuh lagi, saya yakin beliau haru, hanya tak ingin menampakkannya, tak ingin memperlihatkannya.
Satu hal dilematis yang perlu kita pahami dari sisi orang tua kita , adalah betapa mereka hanya ingin anaknya hidup mapan, berkecukupan, dan tak kurang satu apapun dimasa yang akan datang. Iya, kan? Selebihnya, apakah itu melalui pekerjaan yang mereka inginkan yang terbaikuntuk kita, atau pasangan yang memang benar-benar mapan untuk menghidupi anaknya, putrinya. Wallahu’alam.

Hanya kita, terkadang sukar memahami. Termasuk saya, bahkan tika perbedaan pandangan dan pemahaman tentang pekerjaan, masa depan, dan pasangan butuh ikhtiar yang masih terus diupayakan.
Jangan sedih. Jangan kesal, kalau-kalau orang tua nuntut kita harus sukses segala rupa dalam ukuran apapun yang mereka pahami, utamanya DUNIA. Sebab standar bahagia kekinian adalah harta yang melimpah, rupa yang menawan, atau pasangan yang mapan. Maka kau harus paham dulu, teman..bahwa sukses dan segala bentuk bahagia dunia itu hanya fana, yang perlu sama-sama kita kejar adalah keberkahan dan keridhaan Allah. Yang harus sama-sama kita pahami juga, teman adalah bahwa rezki yang halal lagi toyyib adalah perintah yang dilantunkan dalam al-qur’an, juga miliki pengaruh yang besar terhadap aliran darah nadi anak cucu kita.

Berkah cara menjemput rizkinya, berkah cara menjemput jodohnya, berkah dalam mendidik anak keturunannya, dan berkah berkah lainnya yang kita harapkan, Allah sajalah yang mencukupkan rizki, Allah saja yang menyempurnakan segala yang kurang, dan Allah saja yang menjadi alasan.

Maka, salah satu upaya kita, seorang anak-yang masih dan akan terus menjadi seorang anak, dalam rangka membalasi jasa Ayah Ibu kita meski tak akan pernah sanggup membalas segala jasa mereka adalah ; belajar dan berupaya mempersiapkan diri menjadi orang tua terbaik, dan mendidik anak keturunan dengan cara terbaik yang Allah suka, yang Allah ridhai. Agar ‘amal jariyah ini kelak mampir ke mereka-orang tua kita , Insyaallah:”)

Salam cinta, dari para orang tua kita