"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Sabtu, 26 September 2015






"IMAN INI; bukan sedang menurun atau futur, hanya merasa ia pernah lebih baik sebelumnya"






Jumat, 25 September 2015

Teman… Sungguh, kita selalu bersama.

Kau hadir dalam setiap inspirasiku, Aku hadir dalam setiap kalimat kalimat yang tersusun itu.
Maka jika ingin membersamaimu, aku hanya butuh memejamkan mata lalu mengingat-ingat tentang hal yang kita pernah ada didalamnya. Atau tentang beberapa yang kita terlupa, atau lalai padanya.  Atau, jika kau sedang rindu akan aku, pejamkan juga matamu, rasakan setiap rembesan kalimat yang tertulis, semoga tidak mengurangi makna dari kebersamaan kita.

Sungguh, kita selalu bersama.

Setiap paragraph dari yang tertulis, tidak lebih dari diriku yang pura-pura baik untuk membaikkanmu, juga membaikkan diriku. Ia tak beda jauh dengan jasadku yang tampak, sebab jika Allah berkehendak membuka seluruh yang tertutup, akan ada banyak kau temui amal yang retak disana, hati yang kotor, pikiran yang tak jernih, atau rupa yang tak sesempurna seperti yang terlihat. 

Sungguh, teman..kita selalu bersama ‘kan?

Maka dari segala yang rombeng itu, aku tutupi ia dengan kata demi kata yang kuharap membawa kebaikan untukmu. Agar apa? Agar ia mampu melengkapi segala kecacatan amal ini, agar ia mampu menjadi pelengkap dari yang kurang, atau penyempurna dari yang tak utuh.


Aku, dalam setiap kalimat ini pun membutuhkan yang mengingatkan. Layaknya fisik yang mungkin memiliki kekurangan, begitupun yang tertulis disini, jauh dari kata baik. Maka jangan pernah bosan untuk menjadi guruku, jangan pernah bosan mengajarkanku tentang segala yang salah dan keliru, jangan juga bosan untuk membersamaiku, selalu:’)

Maka aku, sesungguhnya selalu hadir di tengah-tengah keberadaanmu, lewat kalimat-kalimat yang berantakan ini.

Hai 25?!

Hi angka 25. Kabar baikkan?
Selalu bahagia ngeliat angka 25 dikalender atas meja ini, termasuk hari ini *terharu*
Ngomong-ngomong soal Pnerimaan bulanan nih yaa, atau biasa kita sebut sebagai GAJI, beberapa pointnya teringat apa yang disampaikan oleh Ustd.Yusuf Mansur, tentang Allah DULU, Allah LAGI, Allah TERUS. Hubungannya dimana? Disini...

#‎Ustd‬. Yusuf ajarkan saya, dan semoga tersampaikan juga kepada antum wa antunna semua, bahwa segala hal yg akan, sedang, atau sudah kita alami harus melibat sertakan Allah didalamnya. Termasuk saat saat sebelum terima gaji, kita ngadu kalau kita bakal terima uang atas hasil kerja kita beberapa waktu belakang, kita berdo'a, berharap harap ia menjadi berkah ,halal, lagi toyyib. Kita juga berdo'a agar dari penghasilan ini tidak ada kezalimab disana, tidak ada hak yang belum terpenuhi. Dan semoga saling ridha antara kita dan lembaga. Lalu LAGI, atas yang sudah ditangan semoga ia mengalirkan kebaikan untuk yang dimakan, dan kebaikan untuk yang dipakai. Hingga ia menjadi aliran dari kebaikan-kebaikan. Masyaa Allah.... 

#‎Bukan‬ masalah banyaknya, tapi cukupnya. Khawatirlah ketika yang banyak tapi tak mencukupkan.
Sebab fitrah manusia selalu tak pernah puas, maka jangan jadikan jumlah angka yang ditentukan oleh banyaknya NOL dibelakang ini menjadi standar bahagia kita, na'udzubillah tsumma na'udzubillah... Qana'ah keywordnya. 

#‎Bahwa‬ ia juga berasal dari kebaikan orang lain. Nah
Yang paling membuat saya terkesan itu point terakhir ini, tentang mensyukuri atas kebaikan yang Allah titipkan melalui orang lain. Sebab bisa saja, para bendaharawan/wati dilembaga kita, Allah balikkan hatinya untuk tak memenuhi hak kita dengan alasan dan kondisi apapun. Maka bersyukurlah, dan ucapkan terimakasih. Tidak salah jika islam ajarkan membalas kebaikan orang lain dg do'a JAZAAKILLAH KHAIR/JAZAAKALLAH KHAIR/JAZAAKUMULLAH KHAIR, karena mengandung harapan dan do'a agar Allah balas kebaikan mereka kebaikan yang sama atau lebih baik. Indah bukan?:)


Salam semangat buat kita semua di Jumat ini:">
.

Selasa, 22 September 2015

Kita HEBAT

Dari setiap tulisan-tulisan lepas ini, saya tidak pernah tahu tulisan mana yang Allah nilai sebagai kebaikan. Saya tidak pernah tahu tulisan mana yang mendatangkan kebaikan untuk orang-orang disekitar. Saya juga tidak pernah tahu pada huruf yang mana jari ini menjadi persaksian. 

Atau jangan-jangan, semua adalah bentuk kebohongan, atas yang ditulis tiada jasad mengamali. Jangan-jangan semua adalah kebodohan dari ilmu yang tak seberapa ini. Jangan-jangan juga, semua adalah kesia-sia-aan saat kelak Allah sama sekali tak melirik ada kebaikan sedikitpun disini. Innalillah, Yaa Rabbi Izzati....Alangkah meruginya diri ini jika ini yang akan dihadapi.

Namun demikian, 
Menulis bukan menjadi pembenaran tentang Allah tak melarang amalan yang ditampakkan.
Menulis juga bukan mendikte kalian, menggurui siapapun, atau menyidir setiap pribadi.
Menulis hanya pelampiasan, dari sulitnya nahi mungkar daripada ber'amar ma'ruf.
Menulis, membuat saya lebih hidup dengan ekspresi apapun, kapan pun, dan dimanapun.
Menulis, juga menjadi perantara dari apa-apa yang tidak bisa saya lisankan, meski kelemahan tulisan adalah multitafsir.
Tapi.... jika ada yang baik, ambil saja. Toh hikmah itu berserakan, dan mudah-mudahan salah satu, dua, atau tiga dari yang terserak itu Dia titipkan disini:)


Mungkin benar, dalam sebuah postingan yang berhubungan dengan kita para pengguna media sosial,
Bahwa tak jarang setiap harapan dan doa kita hastag-kan, lalu berharap-harap ada yang mengaamiinkan dengan komentar dan apapun,
Pahalanya dicari melalui like postingan, hingga kita sedih, murung, bermuram durja jika yang like sedikit, tak banyak peminat
Atau amalan dibuktikan dengan selfie, sebelum dan sesudah sholat selfie, buka puasa selfie, apa-apa selfie

Lalu bagaimana dengaan IKHLAS-mu? :'(   
Nanya sama diri sendiri, yang terkadang juga merasakan seperti apa-apa yang ditulis sendiri :(

Tapi kebaikan, hakikatnya memang bukan untuk disembunyikan, melainkan ditebarkan. Kebaikan untuk semua orang, bukan kesendirian. Kebaikan juga bukan untuk golongan melainkan semua lapisan. Maka solusinya bukan menutup seluruh akun sosialmu, berhenti menuliskan karyamu, tak lagi mengajak pada kebaikan, atau tak bersedia menjadi pengingat untuk diri sendiri. Tetapi memperbaiki diri dan isi tulisan, sembari juga terus belajar menjadi baik dalam segala hal, lalu berupaya sedikit-sedikit mengamalkan apa yang disampaikan. Mudah-mudahan Allah lihat proses kita, ya Ukh:)

Lantas bagi saya, yang ilmu dan pahamnya sedikit ini menarik sebuah kesimpulan,

Menjadi hebat bukan saat berapa banyak mata dan jempol tertuju. Bukan juga berapa banyak yang bertepuk tangan atas kehebatanmu. Tapi hebat, adalah saat kau mampu menginspirasi dirimu dan sekitarmu, hebat saat kau mampu mengingatkan dan menerima kebaikan dari siapapun dan kepada siapapun, serta hebat adalah berbahagia saat yang lain juga menjadi baik bersamamu

Kita, HEBAT 'kan?






Dirgahayulah Kakanda

Tentang lagu wajib Pantang Mundur, Eyang Titiek Puspa punya sejarahnya. Ia terinspirasi dari salah seorang prajurit yang dilepas penuh keikhlasan oleh istrinya untuk bergi ke medan jaya, Kalimantan Utara tepatnya. Setelah dihayati, setiap liriknya menggambarkan betul seperti apa kondisi yang selalu Mama ceritakan.

--------------------------------------------------------------------------------------------

Papa paham konsekuensi yang akan ia terima sejak awal menjadi abdi negara, bahwa separuh nyawanya sudah dimiliki oleh Indonesia. Bagi tentara tingkat satu atau dua, menjadi pasukan perang, meracik bom, atau apalah yang berhubungan dengan ketegangan dan ancaman memang nyata dihadapi. 

Mama juga paham, konsekuensi menjadi seorang istri abdi negara harus rela ditinggalkan untuk tujuan apapun, dalam kondisi apapun. Maka saat itu, cerita yang paling tak terlupakan, dan dibanggakan sampai hari ini adalah saat saya-dengan nama titipan DWI AMELIA SUSILOWATI ini masih dalam kandungan harus ditinggal-tugaskan memerangi Gerakan Aceh Merdeka yang sedang marak-maraknya di ujung Barat Indonesia. 7,5 Bulan pasca kelahiran saya, beliau pulang, lelaki hebat ini dijemput kerinduan untuk kembali bersama merajut impian, meski saat meninggalkan juga pasti membawa impian ; Tanah Air Indonesia.

Pa, Ma.. izinkan ananda mencoret-coret masa lalu kita ini dengan penuh keharuan, karena Tuhan pasti tak sia-siakan menitipkan nanda dari Ayah hebat dan Ibu yang luar biasa seperti kalian. Juga izinkan ananda untuk berbangga, bukan karena kesombongan, tapi kalian sudah mengajarkan kepada kami untuk menjadi yang bermanfaat, bahkan untuk bangsa dan negara. Ah...apapun itu segala kekurangan kalian, kalian adalah yang terbaik, dan yang utama. 

Oya, Pa..... 
Sesungguhnya dari setiap perjuanganmu dalam mempertahankan NKRI ini, sungguh ananda ingin sekali menceritakan kehebatan Khalid bin Walid dalam berbagai pasukan perang yang dipimpinnya, tentang Rasulullah yang terluka dan copot giginya, atau kakek tua dan pincang yang bersikeras ikut berperang. Yakinlah, Pa... ketika mempertahankan wilayah juga adalah utama yang diperhatikan dalam Islam ini, Allah tak akan sia-siakan segala perjuangan dan darah yang tertumpah. Juga untuk semua pahlawan kami, Salam Hormat dari setiap darah keturunan kalian. 

Juga Ma......
Nanda ingin menceritakan Khansa yang rela melepas kesemua anak lelakinya untuk berperang hingga menemukan syahid, atau Asma'  dan 'Aisyah binti Abu Bakar  yang ikut bersama Rasulullah, atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan para ksatria berupa makanan dan obat-obatan. Yakin juga, ya Ma... bahwa setiap pengorbanan akan adil Allah persaksikan.

Terimakasih, Pa...
Untuk darah yang kau alirkan ketegasan, kekuatan, dan pantang menyerah didalamnya
Terimaksih, Ma...
Untik hati yang kau titipkan kasih sayang dan kelembutan padanya

Dan untuk semua Ayah dan Ibu diseluruh lapisan wilayah bumi, Salam Hormat dari kami anakmu yang kadang tak tahu budi ini. Maafkan.



Sepenuh Cinta,
Putrimu.



"Pantang Mundur"
  oleh : Titiek Puspa

Kulepas dikau pahlawan,
Ku relakan dikau berjuang..
Demi keagungan negara,
Kanda pergi ke medan jaya...

Bila kanda teringat,
ingatlah adik seorang...
Jadikan daku semangat ,
Terus maju pantang mundur...

**Air mataku berlinang
    Karena bahagia....
    Putra pertama lahir sudah
    Kupintakan nama padamu pahlawan..

Sembah sujud ananda,
Dirgahayulah kakanda..
Jayalah dikau pahlawan..
Terus maju pantang mundur...

Senin, 21 September 2015

Utama mana, Perintah atau Larangan?


Tertarik sebuah kalimat, masih dalam buku yang sama, Al-Wafi karya Imam An-Nawawi, bahwa dasar ibadah adalah menjauhkan segala larangan Allah.SWT. Memang yang dicontohkan adalah tentang orang-orang yang menjalankan perintah Allah seperti sholat, puasa, dan qiyyamul lail tetapi  tetap bertransaksi secara riba. Larangan ini bersifat Haram, dan itulah yang menjadi perbandingan oleh Sang Imam.

Disini jugalah letak beberapa kalimat dari para pendahulu kita, seperti :
*Rasulullah saw. bersabda, “Hindarilah berbagai larangan, niscaya engkau akan menjadi manusia yang paling baik ibadahnya.” (HR Tirmidzi)
*‘Aisyah ra. berkata, “Barangsiapa yang ingin menjadi orang yang lebih utama dari orang yang ahli ibadah, hendaklah ia menjauhi dosa.”
*Umar bin Khaththabh ketika ditanya tentang orang-orang yang tergiur oleh kemaksiatan akan tetapi tidak melakukannya, beliau berkata, “Mereka adalah orang-orang yang hatinya mendapat ujian dari Allah. Mereka akan mendapat ampunan dan pahala kebaikan yang besar.”
*Ibnu ‘Umar berkata, “Beberapa dirham yang dijauhkan dari yang haram, jauh lebih baik daripada bershadaqah seratus ribu dirham.”
*Hasan Bashri berkata, “Tidak ada ibadah yang lebih baik dari meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah swt.”

Dan menurut saya, yang paling ngenyes-ngenyes itu adalah apa yang disampaikan oleh Umar bin Abdul Aziz, “Takwa bukan sekadar qiyamulail dan puasa di siang hari. Akan tetapi melakukan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan larangan-Nya. jika ditambah dengan amal perbuatan yang lain, maka itu lebih baik lagi.”

Inilah para pendahulu kita, yang menurut mereka meninggalkan segala yang Allah larang adalah hal yang harus diperhatikan, meski tidak menyepelekan segala kewajiban yang diperintahkan. 


Lalu, izinkan saya yang lancang dan tidak tahu diri ini mengartikan beberapa poin yang bisa diambil hikmahnya :

*Bahwa hal pertama yang diperintahkan kepada Nabi Adam bukan Sholat dan berdzikir, tetapi beliau diperintahkan untuk mendiami syurga, menjadi penghuninya, lalu memenuhi kebutuhan hidup berupa makanan, dan "janganlah kamu dekati pohon ini" kata Allah (2:35). Ini larangan, sebab jika dilanggar ada konsekuensi yang harus diterima ; predikat zalim.

*Imam An-Nawawi juga sampaikan bahwa meninggalkan segala yang dilarang dan mengarahkan nafsu pada kebaikan mampu mengalahkan pahala ibadah wajib.  Innalillah, kita takut sekali kalau-kalau ibadah wajib ini dikalahkan oleh kekeliruan kita yang mengerjakan segala yang Allah larang. Lalu saya mengait-ngaitkan, bahwa segala yang Allah larang dan perintahkan saling tarik menarik, seperti : 

-Allah larang kita berbuat syirik sebab jika mati dalam keadaan musyrik Allah tidak ampunkan, meski segala yang wajib sebelumnya dilaksanakan penuh keikhlasan. Kemudian Allah perintahkan kita untk meng-Esa-kanNya, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, tidak berharap selainNya.

-Allah larang kita untuk durhaka kepada ibu-bapak agar keridhaan Allah kita dapatkan. Karena percuma, jika amalan wajib-sunnah ditegakkan tapi Allah tiada meridhoi karena orang tua juga tidak meridhai, sama aja kan?. Kemudian Allah perintahkan kita berbuat baik pada keduanya SETELAH perintah tidak mempersekutukanNya.

-Allah larang kita untuk berbuat ghibah dan tajaasus (mencari-cari kesalahan orang lain) sebab Dia tak inginkan Jahannam untuk kita kelak di akhirat. Lalu Rasulullah ajarkan agar kita saling menjaga aib sesama.

-Juga Allah larang kita untuk berbuat, atau seminimal-minimalnya merasa sombong meski sebesar zarrah didalam hati kita, sebab Allah akan haramkan Jannah baginya. 

-Allah larang kita untuk kikir, karena kelak Allah tidak membiarkan diriNya berbicara dengan kita di akhirat. Dan Allah perintahkan agar kita mengeluarkan zakat, infaq, juga shadaqah.

Ini beberapa contoh larangan yang akibatnya menghanguskan segala yang wajib. Dan menurut saya, Imam Nawawi mengemukakan statemen "meninggalkan segala yang dilarang dan mengarahkan nafsu pada kebaikan mampu mengalahkan pahala ibadah wajib" ini, karena begitu besar perhatian terhadap segala yang Allah larang, tetapi kita begitu sering menyepelekan, bahkan dengan sengaja menjerumuskan diri kedalam hal-hal yang Allah larang. Na'udzubillah tsumma na'udzubillah....

Semoga Allah kuatkan kita dalam upaya belajar dan mengajarkan agama Allah, hingga kita menjadi bahagian dari mereka yang menjaga ilmuNya, Aamiin

Maka saran saya, dan saya rasa ini cukup ampuh; adalah kita memperhatikan segala amalan yang dikerjakan, lalu melihat titik tolaknya "dimana posisi larangan Allah ada", lalu berusaha istiqomah dalam ketaqwaan. Insyaallah, ketika kita memahami hakikat dan maknanya, segala yang dijalankan terasa ringan:)

Sabtu, 19 September 2015

Muhajirin & Anshar, juga Badui

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengatakan dua ciri runtuhnya kekuatan, salah satunya adalah "banyak tanya dan mengada-ada dalam bertanya".

Sebaik-baiknya kaum yang pernah ada pada sebaik-baiknya zaman dengan sebaik-baiknya pemimpin ini paham, bahwa larangan terhadap banyak tanya dan mengada-ada dalam bertanya tidak akan berujung pada sebuah kebaikan. Justru sebaliknya, menjadi pembahasan yang tidak ada habisnya. Mereka juga paham atas dasar alasan yang Rasulullah khawatirkan jika sikap ini dipelihara.
Maka jadilah mereka tak bertanya apapun, sekalipun mereka menginginkan dengan sangat untuk bertanya. Mereka menahan-nahan penasaran bersebab "kenapa" atas segala yang diperintahkan. Pun jika nanti akan ada 'kebingungan' dalam sebuah firman yang diturunkan, Allah.SWT yang akan menjelaskan dengan firman berikutnya melalui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. 
Masyaallah.
Shadaqallahu wa Shadaqarasulullah..

Tapi untuk suku Badui, Rasul beri kelonggaran. Mereka boleh bertanya perihal segala yang ingin ditanyakan. Karena statusnya di Madinah sebagai pendatang yang tak lebih dari 1 tahun, juga tidak selalu membersamai Rasulullah, maka ia nya boleh mengajukan pertanyaan. 
Hingga suatu hari, para Muhajirin dan Anshar berbahagia sekali ketika salah satu suku Badui ini datang dan bertanya:")

Ini kisah, untuk bisa diambil pelajarannya. Salah satu akhlak terbaik yang dicontohkan oleh kaum Anshar dan Muhajirin adalah Sami'na wa Atho'na, Kami Dengar dan Kami Ta'at. Ketika segala yang diperintah-larang-kan datang dari Allah dan RasulNya, maka tak ada sedikit pun celah untuk berTAPI. Semua dikerjakan. Semua ditegakkan. Sebab mereka yakin, bahwa perintah yang dititahkan dan larangan yang dikekang PASTI mendatangkan kebaikan kebaikan yang banyak.Meski, dalam Al-Wafi ini hukum bertanya bisa menjadi Sunnah perihal agama, tapi seperti apa yang diteladankan, maka begitulah kita seyogyanya. 

#Semoga kita mampu menjadi penerus generi shalih yang Allah titipkan teladan padanya, Aamiin


Jumat, 18 September 2015

Duri itu indah, ternyata.

Rasanya ngga mau kehabisan ide untuk mencari dan menemukan sesuatu yang menginspirasi untuk ditumpahkan kedalam kata-kata. Tapi saya bukan pujangga, lho ya. Hanya belajar sedikit memperindah kalimat, agar yang dilisankan juga terbawa-bawa dalam laku kebaikan. Juga untuk menghindarkan diri dari segala yang tak berguna untuk diucapkan.

Tidak selamanya yang terlihat kuat itu selalu bertahan dengan kakinya sendiri. Ada kalanya jasadnya sakit, pertahannya roboh, atau imannya lemah. Maka jadilah kita, sebagai penguat diantara sesama, sebagai wujud sesama muslim adalah seperti satu batang tubuh.

Tidak selamanya juga yang terlihat indah itu karena hasil upayanya sendiri. Justru yang paling berharga adalah ‘apa’ dan ‘siapa’ yang mampu menjadikannya indah. Dan bagi kita, umat islam, cukuplah IMAN yang akan memancarkan segala keindahan itu, tidak hanya didunia, ia akan terpancar kelak di Barzah hingga di Mahsyar. Maka jadilah kita sebagai perantara keindahan itu, tidakpun mampu mengindahkan yang lain, minimal diri kita sendiri dan anak keturunan kelak, Insyaallah.

Dan dari bunga yang berjatuhan ini, kita belajar keduanya.

Juga bahwa, dari duri kita belajar tentang bagaimana cara menjaga segala yang perlu dijaga. Mungkin benar ia tajam, mungkin benar ia akan menyakiti. Tapi mudah-mudahan, tajamnya ia sama seperti tajamnya kita dalam memegang prinsip dan aqidah, hingga ia mampu menjadi tameng juga senjata bagi yang memiliki. Juga jika ia menyakiti, bukan karena durinya yang terlalu runcing, tapi bisa jadi hati kita yang begitu lunak, lembek, tak berdaya.

*Semoga Allah kuatkan hati kita dalam menjaga aqidah islam ini*

Lalu yang indah ini, meski ia kuat lalu terjatuh, lalu kuat lagi dan terjatuh lagi, tetap saja berupaya memberikan keindahan bagi semua yang memandang. Tetap berjuang menghadirkan sosok merah yang memesona, bunga.
Dan aku pun berharap, dari setiap keimanan yang jatuh bangun ini, lemah dan kuatnya ini, sedikit banyaknya mampu memberikan kebaikan untuk semua yang mencari dan membutuhkan. Sebab kita tak bisa paksakan orang  lain untuk menerima kebaikan jika hatinya tertutupi oleh segala penyakit hati.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci.” (Qs.Muhammad :24)

Selamat Makan Siang (lagi)
PKPU Bukittinggi

Agar Keindahan Lebih Banyak

Ternyata, memutuskan untuk tidak ikut campur terhadap sebuah persoalan tidak mudah.
Menutup telinga, berharap tak mendengar apapun, juga tidak mudah.
Apalagi menutup mulut, meski hanya sekedar menyampaikan nasihat dan hadist Rasulullah.SAW, juga tidak semudah yang dibayangkan.

Semua sudah terlanjur basah kuyub, sudah terlanjur tahu dan memberi tahu sesuatau yang salah dan benar. Memutar waktu kebelakang pun tiada kuasa, atau pura-pura tidak tahu dan tidak mahu tahu adalah kebohongan dan kebodohan. Maka berikutnya, bukan menyesali apa yang sudah dan terlanjur diketahui, tetapi mencoba-coba untuk mencarikan atau bahkan menjadi bahagian dari solusi itu sendiri. Percayalah, ini pun tidak ringan!

Segala yang didengar, kelak akan Allah perdengarkan dihadapan khalayak umat.
Segala yang dibincangkan, kelak mulut tak mampu melakukan pembelaan.
Segala yang diperbuat, tak bisa memutar balik fakta, sebab kaki dan tangan sudah ditakdirkan sebagai saksi selama hidup didunia.

Semoga apapun yang kita lihat, dengar dan ucapkan, adalah kebaikan, juga mudah-mudahan adalah yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebab membayangkan tentang minum dari air mendidih dan nanah tidak kuat. Membayangkan memakan buah Zaqqum yang tidak mengenyangkan juga tidak sanggup. Tapi segalanya, akan ada balasan yang setimpal, dari ghibah dan namimah kita, dari fitnah dan tajaasus kita.
 Innalillah…
Allahumma inni a’udzubika minannaar, Aku berlindung kepada Engkau ya Allah, dari fitnah dan adzab neraka~

Nb: Gambar ini juga masih disekitaran kantor kita, PKPU Bukittinggi.
Bunganya unik, saat muda berwarna merah, jika sudah dewasa berwarna hijau. Masyaallah, kan?
Hakikatnya kita sebagai hamba Allah juga begitu, segalanya banyak perbedaan, hanya mereka yang memiliki ruh yang sama yang mampu bersepakat untuk bergandengan. Tapi percayalah, sejauh, sebesar, dan sekuat apapun yang membedakan kita, tujuan dan cita kita masih dan tetap sama, kan? MENGINDAHKAN.

Kemudian kita paham, bahwa keindahan itu perlu dicari. Dari sekian banyak pilihan bunga yang ada, pagi ini dialah yang terpilih. Maka mencari-cari keindahan didalam diri saudara kita juga adalah utama dibandingkan mencari-cari kesalahan, kekurangan, bahkan keburukan mereka. Setelah menemukan keindahan mereka, lalu kita gabungkan dengan keindahan yang kita miliki, sempurna. Dan kita sama-sama siap untuk menebarkan keindahan lebih banyak, Insyaallah.

#SelamatMencariKeindahan#SelamatMenemukanKeindahan#SelamatBersepakat #SelamatMencocokkanRuh #SelamatMenebarKeindahan


Kamis, 17 September 2015

Jangan sholat karena ingin khusyu’, tapi...

Jangan sholat karena ingin khusyu’, karena jika khusyu’ yang kau tuju, dimana posisi Allah sebagai Dzat yang diharapkan keridhaanNya? Sholatlah untuk mendapat keridhaan Allah, Rabb Azza wa Jalla, sebab setelah khusyu’ pun, ada ikhlas lillahita’ala yang harus diupayakan (Ustd.Idris Al Hafidz)

Untuk khusyu’, bukan tentang seberapa banyak air mata yang berjatuhan saat sujud dan ruku’mu, tapi saat kau mampu menjauhkan diri dari maksiat, dari sholat yang satu menuju sholat berikutnya (Lapis-Lapis Keberkahan)

Bahkan tak disangka, Imam An-Nawawi mengatakan dalam ulasan Al-Wafi nya; jihad melawan hawa nafsu dan syahwat serta mengarahkannya untuk meninggalkan segala yang Allah larang, lebih besar pahalanya daripada mengerjakan amalan-amalan fardhu.
Menurut saya, ia berhubungan dengan JANNAH, bahwa ia diraih bukan karena ibadah fardhu dan sunnah yang kita kerjaan-sebab semua memang tak seberapa, kecil, lagi tak cukup sebagai penebus FIRDAUS, tapi Jannah diraih karena RIDHA ALLAH semata. Maka apa-apa yang kita lakukan, amalan-amalan ini dan itu hanya sebagai perantara untuk menggapai ridha Allah, ngga lebih.

Dzikirmu memang istimewa,
Rapinya aurat mu yang tertutup memang kewajiban yang harus dipenuhi,
Atau Dhuha mu memang amalan sunnah yang juga diutamakan,

Tapi semua juga tak berarti apa-apa jika Allah tiada meridhai segala sisi jasad dan ruh mu.

“Mardhatillah, Ya Rabb”- Thufail Al-Ghifari

Lalu sambung Umar bin Abdul Aziz, masih dalam Al-Wafi di bab yang sama, bahwa TAQWA bukan tentang sholat malam atau puasa disiang harinya, atau perpaduan keduanya, melainkan meninggalkan segala yang Allah larang dan menjalankan segala yang diperintahkan. Pun setelah itu jika melakukan amalan, sungguh ia adalah perpaduan kebaikan setelah kebaikan.

Adapu KHUSYU', setelah ikhlas karena Allah serta mencari ridhaNya, ia akan datang dengan sendirinya. Percayalah:)

Selamat makan siang
PKPU Bukittinggi 17 September 2015
13:17


Rabu, 16 September 2015

Datang untuk dikenang

Bagi saya, semua hal adalah kenangan. Ia menjadi pengingat akan yang sudah lalu atau janji yang akan datang... Ntah itu tentang sekelebat rindu, cinta, atau kasih sayang. Yang pasti, ia mengngatkan.
Juga bagi saya, semua orang adalah pendatang. Mengizinkan mereka singgah dihati kita, lalu biarkan iman yang menjadi penyaringnya. Ntah ia akan tetap bertahan, atau pergi berlalu.
Jangan khawatirkan tentang namamu, atau siapapun itu.. Sebab iman, paham betul tentang makna ukhuwah dan persaudaraan. Dan sebaik-baiknya saudara, teman, dan sahabat, adalah yang tak pernah bosan berjalan bersamamu menuju kebaikan.

Sungguhpun aku, dalam mengenang banyak hal dan menerima banyak orang, selalu ingin mendahulukan 4 nasihat syaikut tarbiyah Ustd. Rahmat Abdullah ini;
*Mengingat-ingat kebaikan mereka yang datang, lalu melupakan segala yang tak baik dari kealpaan mereka
*Mengingat-ingat kealpaan diri yang tak boleh dibenarkan, lalu melupakan segala kebaikan yang dilakukan.

‪#‎Selamat‬ berlapang dada terhadap saudaramu:")
Jangan lihat lemahnya, tapi lihat bagaimana ia menguatkanmu.
Jangan lihat kurangnya, tapi lihat lebih yang Dia takdirkan.
Note: Bunga kertas didepan kantor dengan ‪#‎NoFilter‬ ‪#‎NoEditan‬ ‪#‎WarnaAsli‬semoga menginsipirasi😉🌸






Jumat, 11 September 2015

Hidup untuk Mati, Mati untuk Hidup

“Jangan terlalu sering melihat keatas, takutlah kalau-kalau nanti kau akan tersandung”.


Petikan nasihat dari Tausiyah Muslimah ini memiliki korelasi positif  tersendiri dengan sebuah penyakit psikologis yang pernah dipaparkan oleh salah seorang rekan kerja. Hedonic Treadmill namanya. Sebuah penyakit yang dipahami subjeknya sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap perkembangan teknologi, contohnya. Lalu ia solusikan bahwa penyakit ini sudah sejak lama Rasulullah.SAW ajarkan pencegahannya dengan Qana'ah, mensyukuri segala yang sudah termiliki.

Kita, tak jarang mengkufuri nikmat. Sesering mungkin berkeluh kesah dengan keadaan. Mencemburui mereka yang memiliki kelebihan dari sisi-sisi duniawi, membandingkan diri dengan mereka yang tinggi dalam kedudukan, pangkat, dan jabatan. Padahal kita memahami, hakikatnya segala tentang dunia akan sirna, segalanya tentang kesenangan 'kan binasa. Jangan sampai, Hidup ini hanya sekedar bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup lalu mati dan lupa tempat kembali. Jangan.

Lalu, setelah semua yang kita lihat dari luar adalah kemegahan dan keindahan, kecukupan tanpa kekurangan, kita juga lupa, atau bahkan MELUPAKAN bahwa setiap yang bernyawa Allah uji dengan kapasitasnya masing-masing, tak lebih dan tak kurang. Hanya jangan sampai, setiap ujian yang Allah hadirkan membuat kita merasa yang paling menderita. Bukan kah semua sudah sesuai takarannya?

Teman ini, segala sisi dunianya tercukupi. Tapi... Ya Allah, setelah tahu bahwa Allah uji dari sisi psikologis, mental, dan kesehatan, membuat kita lebih banyak lagi lagi dan lagi untuk bersyukur. Kita tidak pernah tahu segala sisi yang tersembunyi, sebab manusia hanya berhukum berdasarkan apa-apa yang tampak.
Maka saya, semakin yakin akan sebuah statemen yang diganung-gaungkan sedari dulu, 

"Untuk bersyukur, kau tak perlu tahu ujian orang lain 'kan?" .

Sengaja statemen ini berupa pertanyaan, untuk memberikan kesempatan kepada setiap kita agar mampu menjawab dengan keyakinan.

Mengaitkan nasihat Umar bin Khaththbh tentang sabar dan syukur:
"Bersabar terhadap kekurangan, artinya mensyukuri segala bentuk ujian.
Bersyukur terhadap kelebihan, artinya mensabari segala bentuk kenikmatan"
Maka tak ada yang tak indah segala urusan bagi kita, Umat Muslim, Umat Pertengahan:)

Nasihat ini juga tak cukup hanya diaplikasikan untuk urusan duniawi saja, tetapi juga untuk amalan yang berujung pada akhirat, juga butuh sabar dan syukur.

Salah satunya, Ustdz Abdullah Zain menyampaikan bahwa poin setelah beramal yang harus kita lakukan adalah bersyukur, mensyukuri segala kebaikan yang sudah dilakukan atas pertolongan dan kehendak Allah, hingga ia berujung pada manisnya amal yang mengantarkan pada kemudahan dalam menghadapi sakaratul maut. Setidaknya, kesyukuran ini menjadi pengingat bagi kita untuk berbuat sebaik-baiknya 'amal yang juga akan memberikan kebaikan saat nanti dihidupkan kembali.

"Dan sejahteralah untuk kita saat dulu dihidupkan, nanti dimatikan, lalu dibangkitkan"








Rabu, 09 September 2015

2 Bulan menuju 24 Tahun

Nyatanya, akan ada banyak orang yang kita temui dalam perjalanan.
Kau akan bertemu dengan mereka yang mengecewakanmu,
Dengan mereka yang membuatmu terluka,
Dengan mereka yang membuat hati mu patah, air mata mu berderai karena kesedihan dan pilu
Kau akan bertemu dengan mereka yang membohongi,
Dengan mereka yang acuh tak acuh, cuek, bahkan tak peduli
Dengan mereka yang emosional dan suka menghardik,
Kau akan bertemu, dan sering berpapasan dengan mereka yang tak ramah, suka berbisik, berbagi cerita fakta atau fiksi,
Kau juga akan bertemu dengan mereka yang menyulitkan urusanmu,
Dengan mereka yang berpikiran sempit dan picik,
Dengan mereka yang suka berhura-hura, bhidup untuk bersenang-senang,

Kau akan bertemu dengan mereka yang mudah melupakan,
Dengan mereka yang tak menerima segala bentuk perhatian dan kasih sayang..
Kau akan bertemu dengan mereka yang banyak bicara sedikit bekerja, atau sebaliknya
Kau akan bertemu dengan mereka yang hanya sekedar ingin tahu hidupmu,
Dengan mereka yang ...
Dengan mereka yang ...
Masih banyak lagi yang tidak tersebutkan, yang jika di hayati akan semakin mengiris-iris hatimu, hingga kau lupa bagaimana caranya bahagia.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sesaat-saat yang lalu ada yang berubah!
Tak pernah tahu apa tepatnya, tapi sedari dulu hati yang begitu sempit kini terasa menjadi begitu lapang.
Allah yang melapangkan, dengan ilmu yang Dia pahamkan. 

Ilmu UKHUWAH ISLAMIYAH enam tahun silam, siapa yang tahu bahwa akan terasa saat ini?
Sedari awal bergabung dalam organisasi kemanusiaan ini, jugan dengan manusia baru yang lainnya, azam untuk memahami dan menerima begitu besar. Tak ada menyimpan sedikit pun harapan kepada manusia, hingga benar-benar merasa mereka adalah rekan kerja sekaligus saudara seiman yang perlu dipegang erat-erat amalnya.

Maka untuk kita yang tidak mampu hidup sendiri, jangan khawatir. 
Tidak semua manusia itu mengerikan.
Tidak semuanya menawarkan dampak yang buruk.
Tidak semuanya juga yang akan melukai,

Hanya catatannya ; Lapangkan hati kita dalam bersaudara, maafkan atas segala kekurangan, utamakan kebaikannya, lalu kau......

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Akan bertemu dengan mereka yang baiknya terpancar dari senyuman,
Dengan mereka yang tersenyum ikhlas dan tertawa lepas,
Dengan mereka yang tulusnya ngga ketulungan,
Dengan mereka yang selalu bisa menasihati dan siap menerima nasihat,

Jangan Khawatir, Kau juga akan bertemu dengan mereka yang memudahkan segala urusanmu...
Dengan mereka yang menyisihkan sebagian ruang hatinya untuk namamu,
Dengan mereka yang memaafkan khilafmu, memaklumi alpamu...
Dengan mereka yang berteriak gembira saat kau insyafi kesalahanmu, menuntunmu, bukan menghujatmu.
Kau akan bertamu dengan mereka yang membahagiakan, yang membantumu untuk kembali merajut hati yang telah patah, atau justru menjadi pengisi kekosongan puzzle hidupmu..

Percayalah...
Bertemu dengan mereka yang membuatmu tersenyum akan LEBIH BANYAK dibandingkan dengan mereka yang akan membuatmu pilu, hanya jika kau mau mengizinkan hatimu untuk tersenyum meski mereka melukai..


Salam Semangat.

*2 Bulan menuju 24 Tahun T_T



09 September 2015
13:13

Selasa, 08 September 2015

Rp. 60 Juta dan Sumpah Pocong



Cerita ini, semoga bisa diambil hikmahnya. Karena tak ada maksud lain selain ingin membagikan hikmah, atau bahkan bisa juga lebih dari yang disampai/tuliskan.

Tanpa menyebutkan nama, semoga Allah jauhkan kita dari segala fitnah (ujian) dunia dan akhirat.
Karena saya percaya, setiap manusia itu diuji sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Orang miskin, tidak akan diuji dengan kehilangan harta. Yang kaya, juga tidak akan diuji dengan kekurangan sandang, pangan, dan papan. Begitu seterusnya….
Saya percaya. Dan memang harus percaya!:)

Bedanya, hanya bagaimana kita memposisikan diri dalam menghadapai setiap ujian. Lalu hidup menjadikan kita untuk melangkah dalam berbagai tindakan, yang akan menuntun kita pada bagaimana nanti akhirnya. Karena islam tak hanya sekedar janggut dan celana cingkrang. Islam juga tidak hanya sekedar peci dan sorban. Juga tidak hanya sekedar label haji. Bukan. Tapi islam, tentang Aqidah yang benar dan Akhlak yang mulia.


Ada sebuah keluarga yang sedang diuji, tentang rizki yang melimpah lalu hilang tak berbekas. Dalam selipan tak ketemu, ditanya penghuni rumah juga tidak ada yang mengetahui. Objeknya sekian ratus Dollar Amerika dan sekian ratus Euro. Totally Rp. 60 Juta. Innalillah.. jangankan melihat, mendengarnya saja sudah merinding. Jangankan memegang, tahu rupanya pun tidak.

“Ibu, coba ke paranormal aja. Setidaknya kita tahu dimana letaknya”, salah satu dari 2 yang ‘tertuduh’ angkat bicara

“Ngga usah, itu bukan cara kita”, empunya menimpali

……………………………………………………………..
Beberapa hari berikutnya

“Nanti kalau mau mandi tunggu aku,ya. Mau tak keramasin”, kata Ibuk

“Oh, Ya, Bu”, jawab salah satu dari dua yang ‘tertuduh’

Jadilah beliau dikeramasin. Tapi nyatanya ia tak merasakan apapun. Tak ada bedanya.

Begitu pun yang kedua dari dua yang ’tertuduh’, juga dikeramasin. Airnya cuma campuran jeruk nipis, ngga papalah. Se engganya penangkal ketombe, HEHEHEHE………

Kedua-duanya sudah sepakat, apapun yang terjadi kita akan hadapi bersama. Insyaallah tidak akan menjadi masalah selama bukan kita pelaku utama, juga kita percaya sehebat apapun paranormalnya, makar Allah jauh lebih hebat. Sip. Sepakat!

…………………………………………………………………………………………………………………….
“Nak, kalau-kalau ngga juga terbukti, atau belum ketemu bisa aja kalian disuruh sumpah pocong”

“Bah! Kok jadi horor gini, Ma. Tapi ngga papalah, kalo pun iya diikutin aja. Emang ngga tahu apa-apa. Kalau perlu kita tantangin aja, setelah ini apa lagi? hehehe” kata salah satu dari dua yang tertuduh.


Sampai sekarang emang belum ada kepastian tentang sumpah pocong, tapi sesungguhnya, Rasulullah sudah jauh-jauh hari mengingatkan,

“Sesungguhnya bagi setiap umat itu mempunyai ujian dan ujian bagi
Umatku adalah harta kekayaan”
(HR. At-Tirmidzi)

*Hakikat sebuah ‘amal sholeh akan mengundang ‘amal sholeh berikutnya. Sama. Ujian juga akan menjadi pemicu ujian berikutnya. Harta kekayaan adalah ujian, SIHIR juga UJIAN. Menyekutukan Allah tak ada ampunnya jika mati dalam kekafiran. Musyrik juga akan menghanguskan ‘amal-‘amal yang sudah letih dan lelah kita upayakan. Bahkan Syirik mampu mengalahkan ‘mabrurnya’ label Haji atau Hajjah seseorang. Innalillah….Semoga Allah jauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan, yang besar dan kecilnya, yang nyata dan yang tersembunyinya, yang lahir dan batinnya.

Rp 60 Juta memang banyak. cukup paham bagaimana rasanya kehilangan, hanya kelak jika kita diuji dengan hal yang sama , semoga tak melunturkan aqidah islam ini.

Aamiin

*Nabi Musa lawannya para penyihir yang terkemuka. Wah! dikalangan manusia bahkan Raja Mesir kala itu mengakui kehebatan mereka. Tapi khawatir... Wamakaru wamakarallahu wallahukhairul maakiriin, sebaik dan sehebat apapun makar para penyihir dihadapan manusia, Allah juga punya makar, dan makar allah adalah sebaik-baiknya makar:')

*harus selalu bersyukur, ketika Allah masih memampukan kita bernafas di detik berikutnya, bukan karena kita istimewa, justru Allah ingin kita memperbaiki kedurhakaan pada tarikan nafas yang sebelumnya.

-Selamat menjadi baik untuk setiap tarikan nafas kita-



08 September 2015
12:16