"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Jumat, 11 September 2015

Hidup untuk Mati, Mati untuk Hidup

“Jangan terlalu sering melihat keatas, takutlah kalau-kalau nanti kau akan tersandung”.


Petikan nasihat dari Tausiyah Muslimah ini memiliki korelasi positif  tersendiri dengan sebuah penyakit psikologis yang pernah dipaparkan oleh salah seorang rekan kerja. Hedonic Treadmill namanya. Sebuah penyakit yang dipahami subjeknya sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap perkembangan teknologi, contohnya. Lalu ia solusikan bahwa penyakit ini sudah sejak lama Rasulullah.SAW ajarkan pencegahannya dengan Qana'ah, mensyukuri segala yang sudah termiliki.

Kita, tak jarang mengkufuri nikmat. Sesering mungkin berkeluh kesah dengan keadaan. Mencemburui mereka yang memiliki kelebihan dari sisi-sisi duniawi, membandingkan diri dengan mereka yang tinggi dalam kedudukan, pangkat, dan jabatan. Padahal kita memahami, hakikatnya segala tentang dunia akan sirna, segalanya tentang kesenangan 'kan binasa. Jangan sampai, Hidup ini hanya sekedar bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup lalu mati dan lupa tempat kembali. Jangan.

Lalu, setelah semua yang kita lihat dari luar adalah kemegahan dan keindahan, kecukupan tanpa kekurangan, kita juga lupa, atau bahkan MELUPAKAN bahwa setiap yang bernyawa Allah uji dengan kapasitasnya masing-masing, tak lebih dan tak kurang. Hanya jangan sampai, setiap ujian yang Allah hadirkan membuat kita merasa yang paling menderita. Bukan kah semua sudah sesuai takarannya?

Teman ini, segala sisi dunianya tercukupi. Tapi... Ya Allah, setelah tahu bahwa Allah uji dari sisi psikologis, mental, dan kesehatan, membuat kita lebih banyak lagi lagi dan lagi untuk bersyukur. Kita tidak pernah tahu segala sisi yang tersembunyi, sebab manusia hanya berhukum berdasarkan apa-apa yang tampak.
Maka saya, semakin yakin akan sebuah statemen yang diganung-gaungkan sedari dulu, 

"Untuk bersyukur, kau tak perlu tahu ujian orang lain 'kan?" .

Sengaja statemen ini berupa pertanyaan, untuk memberikan kesempatan kepada setiap kita agar mampu menjawab dengan keyakinan.

Mengaitkan nasihat Umar bin Khaththbh tentang sabar dan syukur:
"Bersabar terhadap kekurangan, artinya mensyukuri segala bentuk ujian.
Bersyukur terhadap kelebihan, artinya mensabari segala bentuk kenikmatan"
Maka tak ada yang tak indah segala urusan bagi kita, Umat Muslim, Umat Pertengahan:)

Nasihat ini juga tak cukup hanya diaplikasikan untuk urusan duniawi saja, tetapi juga untuk amalan yang berujung pada akhirat, juga butuh sabar dan syukur.

Salah satunya, Ustdz Abdullah Zain menyampaikan bahwa poin setelah beramal yang harus kita lakukan adalah bersyukur, mensyukuri segala kebaikan yang sudah dilakukan atas pertolongan dan kehendak Allah, hingga ia berujung pada manisnya amal yang mengantarkan pada kemudahan dalam menghadapi sakaratul maut. Setidaknya, kesyukuran ini menjadi pengingat bagi kita untuk berbuat sebaik-baiknya 'amal yang juga akan memberikan kebaikan saat nanti dihidupkan kembali.

"Dan sejahteralah untuk kita saat dulu dihidupkan, nanti dimatikan, lalu dibangkitkan"








Tidak ada komentar:

Posting Komentar