"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Senin, 21 September 2015

Utama mana, Perintah atau Larangan?


Tertarik sebuah kalimat, masih dalam buku yang sama, Al-Wafi karya Imam An-Nawawi, bahwa dasar ibadah adalah menjauhkan segala larangan Allah.SWT. Memang yang dicontohkan adalah tentang orang-orang yang menjalankan perintah Allah seperti sholat, puasa, dan qiyyamul lail tetapi  tetap bertransaksi secara riba. Larangan ini bersifat Haram, dan itulah yang menjadi perbandingan oleh Sang Imam.

Disini jugalah letak beberapa kalimat dari para pendahulu kita, seperti :
*Rasulullah saw. bersabda, “Hindarilah berbagai larangan, niscaya engkau akan menjadi manusia yang paling baik ibadahnya.” (HR Tirmidzi)
*‘Aisyah ra. berkata, “Barangsiapa yang ingin menjadi orang yang lebih utama dari orang yang ahli ibadah, hendaklah ia menjauhi dosa.”
*Umar bin Khaththabh ketika ditanya tentang orang-orang yang tergiur oleh kemaksiatan akan tetapi tidak melakukannya, beliau berkata, “Mereka adalah orang-orang yang hatinya mendapat ujian dari Allah. Mereka akan mendapat ampunan dan pahala kebaikan yang besar.”
*Ibnu ‘Umar berkata, “Beberapa dirham yang dijauhkan dari yang haram, jauh lebih baik daripada bershadaqah seratus ribu dirham.”
*Hasan Bashri berkata, “Tidak ada ibadah yang lebih baik dari meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah swt.”

Dan menurut saya, yang paling ngenyes-ngenyes itu adalah apa yang disampaikan oleh Umar bin Abdul Aziz, “Takwa bukan sekadar qiyamulail dan puasa di siang hari. Akan tetapi melakukan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan larangan-Nya. jika ditambah dengan amal perbuatan yang lain, maka itu lebih baik lagi.”

Inilah para pendahulu kita, yang menurut mereka meninggalkan segala yang Allah larang adalah hal yang harus diperhatikan, meski tidak menyepelekan segala kewajiban yang diperintahkan. 


Lalu, izinkan saya yang lancang dan tidak tahu diri ini mengartikan beberapa poin yang bisa diambil hikmahnya :

*Bahwa hal pertama yang diperintahkan kepada Nabi Adam bukan Sholat dan berdzikir, tetapi beliau diperintahkan untuk mendiami syurga, menjadi penghuninya, lalu memenuhi kebutuhan hidup berupa makanan, dan "janganlah kamu dekati pohon ini" kata Allah (2:35). Ini larangan, sebab jika dilanggar ada konsekuensi yang harus diterima ; predikat zalim.

*Imam An-Nawawi juga sampaikan bahwa meninggalkan segala yang dilarang dan mengarahkan nafsu pada kebaikan mampu mengalahkan pahala ibadah wajib.  Innalillah, kita takut sekali kalau-kalau ibadah wajib ini dikalahkan oleh kekeliruan kita yang mengerjakan segala yang Allah larang. Lalu saya mengait-ngaitkan, bahwa segala yang Allah larang dan perintahkan saling tarik menarik, seperti : 

-Allah larang kita berbuat syirik sebab jika mati dalam keadaan musyrik Allah tidak ampunkan, meski segala yang wajib sebelumnya dilaksanakan penuh keikhlasan. Kemudian Allah perintahkan kita untk meng-Esa-kanNya, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, tidak berharap selainNya.

-Allah larang kita untuk durhaka kepada ibu-bapak agar keridhaan Allah kita dapatkan. Karena percuma, jika amalan wajib-sunnah ditegakkan tapi Allah tiada meridhoi karena orang tua juga tidak meridhai, sama aja kan?. Kemudian Allah perintahkan kita berbuat baik pada keduanya SETELAH perintah tidak mempersekutukanNya.

-Allah larang kita untuk berbuat ghibah dan tajaasus (mencari-cari kesalahan orang lain) sebab Dia tak inginkan Jahannam untuk kita kelak di akhirat. Lalu Rasulullah ajarkan agar kita saling menjaga aib sesama.

-Juga Allah larang kita untuk berbuat, atau seminimal-minimalnya merasa sombong meski sebesar zarrah didalam hati kita, sebab Allah akan haramkan Jannah baginya. 

-Allah larang kita untuk kikir, karena kelak Allah tidak membiarkan diriNya berbicara dengan kita di akhirat. Dan Allah perintahkan agar kita mengeluarkan zakat, infaq, juga shadaqah.

Ini beberapa contoh larangan yang akibatnya menghanguskan segala yang wajib. Dan menurut saya, Imam Nawawi mengemukakan statemen "meninggalkan segala yang dilarang dan mengarahkan nafsu pada kebaikan mampu mengalahkan pahala ibadah wajib" ini, karena begitu besar perhatian terhadap segala yang Allah larang, tetapi kita begitu sering menyepelekan, bahkan dengan sengaja menjerumuskan diri kedalam hal-hal yang Allah larang. Na'udzubillah tsumma na'udzubillah....

Semoga Allah kuatkan kita dalam upaya belajar dan mengajarkan agama Allah, hingga kita menjadi bahagian dari mereka yang menjaga ilmuNya, Aamiin

Maka saran saya, dan saya rasa ini cukup ampuh; adalah kita memperhatikan segala amalan yang dikerjakan, lalu melihat titik tolaknya "dimana posisi larangan Allah ada", lalu berusaha istiqomah dalam ketaqwaan. Insyaallah, ketika kita memahami hakikat dan maknanya, segala yang dijalankan terasa ringan:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar