"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Selasa, 29 Desember 2015

Masih bisa nahan selera 'kan?

Masih bisa sabar kan, ngga makan apa-apa dari Produk Yahudi?

Yang dulu ikuta Munasharah Palestine, apa kabar?
Yang dulu arak-arakan sambil bawa bendera Palestine, apa kabar?
Yang dulu paling bersemangat tentang Pomboikotan Produk Yahudi, apa kabar?

---

Sejak kemarin, sampai pagi ini sengaja nge-repeat one Nasyid kolaborasi Rabbani, Inteam, Saujana, dan New SeeHeart, judulnya “Bebas Palestine”. Seolah-olah ia menjadi pembakar semangat lagi untuk kembali bersama menjauh dan menghindarkan diri dari produk-produk apalah-apalah itu namanya, yang keuntungannya sebahagian atau sebahagian besar dipergunakan untuk pembiayaan Israel terhadap kezhaliman kepada Negeri Anbiya’, Palestine. Lalu setelah itu, Benyamin Netanyahu anugerahkan penghargaan Jubilee Award terhadap mereka yang loyal dalam memberikan donasi rutinnya.

https://cahmbolo.wordpress.com/2014/07/29/produk-produk-zionis-yahudi-yang-ada-di-sekitar-kita/

Sekali lagi, nasyid ini seolah-olah menjadi Self Reminder ketika jiwa saya, secara manusiawinya sesekali menginginkan makan di Pelataran Lantai II KFC Bukittinggi. Heh.*menghelanafas*

**Wahai para pencinta keadilan
    Jangan gentar berjuang bersama
    Kezaliman yang bermaharajalela
    Kita gempur hingga ke hujungnya

Tentang hukum pemboikotan produk-produk Yahudi ini memang masih ikhtilaf oleh beberapa Ulama. Ada yang memang mengharamkan dan menjauhkan diri dari produk-produk Yahudi merupakan bentuk Jihad, atau ada yang sekedar pelarangan dan tidak sampai kehukum haram, atau ada juga yang lebih ringan; sebuah pilihan dengan beberapa pertimbangan.

Salah satu pertimbangannya adalah, jika kita memiliki alternative lain sebagai produk pengganti, kenapa harus “loyal” dengan Produk mereka yang nyata berkontribusi dalam invasi Israel terhadap Palestine, dan Negeri Syam lainnya?

Pertimbangan lainnya adalah tentang akhlak penjual muslim. Dalam salah satu blog, admin blog tersebut memberikan ulasan tentang pertanyaan seputar hukumnya pemboikotan ini.

Kesimpulannya begini : 

Seorang muslim dilarang untuk loyal (wala’) pada orang kafir, di antara bentuknya adalah menyerupai mereka (tasyabbuh) dalam hal yang menjadi ciri khas mereka. Namun apakah boleh menggunakan produk orang kafir? Jawabannya adalah boleh-boleh saja. Akan tetapi, masalah selanjutnya adalah bolehkah membeli produk orang kafir sedangkan masih ada produk kaum muslimin?Jawabannya adalah dalam dua rincian berikut:

[Pertama] Jika seorang muslim berpindah ke penjual kafir tanpa ada sebab. Di antara sebabnya misalnya penjual muslim tersebut melakukan penipuan, menetapkan harga yang terlalu tinggi atau barang yang dijual rusak/cacat. Jika itu terjadi dan akhirnya dia lebih mengutamakan orang kafir daripada muslim, maka ini hukumnya haram.

[Kedua] Adapun jika di sana ada faktor pendorong semacam penjual muslim yang sering melakukan penipuan, harga barang yang terlalu tinggi atau barang yang dijual sering ditemukan cacat, maka wajib bagi seorang muslim menasehati sikap saudaranya yang melakukan semacam itu yaitu memerintahkan agar saudaranya tersebut meninggalkan hal-hal jelek tadi. Jika saudaranya menerima nasehat, alhamdulillah. Namun jika tidak dan dia malah berpaling untuk membeli barang pada orang lain bahkan pada orang kafir, maka pada saat itu dibolehkan mengambil manfaat dengan bermua’amalah dengan mereka. (sumber:https://rumaysho.com/997-fatwa-ulama-tentang-hukum-boikot-produkyahudi.html)

***

**Korbankanlah hartamu sekalipun jiwa raga
   Berjuang membebaskan Palestin yang tercinta

Selemah-lemahnya tindakan terhadap sebuah kemungkaran adalah penolakan dalam hati yang disusuli dengan do’a yang penuh keikhlasan, lalu setelahnya adalah dengan kekuatan lisan, sekuat apa lisan kita menggelorakan tentang sebuah keharusan memperjaungkan Palestin, sekuat apa lisan kita dalam mengingatkan diri sendiri, sekuat apa lisan kita dalam menahan-nahan keinginan untuk memakan produk “mereka". Lalu setelah itu, sebelum benar-benar dengan kekuatan tangan dan peperangan, Salim A Fillah menjelaskan dalam Lapis Lapis Keberkahannya, bahwa ikhtiar sebelum berjuang dengan Peperangan adalah “Mengangkat Pedang” sebagai ancaman, teror, atau membuat takut musuh. Dan ini terbukti, dari rekomendasi blog yang pertama diatas, ’Sebuah laporan di Amerika menyatakan bahwa kampanye boikot terhadap produk-produk Amerika di negara-negara Arab telah mengakibatkan kerugian sampai 40% dalam dua bulan terakhir ini (berita diterbitkan 29 Juli 2014)’. Dan saya rasa ini merupakan bahagian dari ikhtiar “pengangkatan pedang” umat muslim sebagai wasilah dalam memberikan rasa takut dihati musuh-musuh islam. Sebab kata Salim A Fillah, operasi “pengangkatan pedang” ini mampu menimbulkan 2 dampak; ditundanya peperangan yang lebih besar, atau benar-benar mengarahkan pedang kehadapan mereka.

Tulisan ini memberikan dua referensi tentang bagaimana perlakuan kita seharusnya terhadap produk Yahudi, adapun keputusan akhirnya tetap ditangan pemirsa sekalian.

Referensi lain tentang pelarangan mengkonsumsi Produk Yahudi, dan masuk akal adalah :

http://www.dakwatuna.com/2014/07/31/55171/bagaimana-tanggapan-terhadap-memboikot-fatwa-boikot-produk-yahudi-zionis/

dengan kesimpulan :
Pembolehan bermuamalah dengan orang kafir sangat luas, namun bukan berarti tanpa batas. Ketika muamalah tersebut membawa dampak positif bagi umat umat Islam, sehingga mereka bisa isti’marul ardh (memakmurkan bumi) –padahal kaum beriman lebih berhak untuk itu- maka muamalah seperti ini adalah peluang menunjukkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Tetapi, ketika muamalah tersebut adalah muamalah yang merugikan umat Islam dan melemahkannya, namun menguntungkan orang kafir, dan menguatkan posisi mereka serta kekuatan mereka dalam merencanakan dan menjalankan makar dan serangan terhadap umat Islam. Maka, ini adalah muamalah yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, dan termasuk berserikat dalam kejahatan, menjerumuskan diri sendiri dalam kebinasaan, dan ta’awun ‘alal itsmi wal udwan.

Wallahu’alam

Rabu, 23 Desember 2015

Terimakasih "Kehilangan"


Tulisan ini, di rilis ketika segala sisi dan kondisi mulai stabil dan fleksibel, siap dengan pertimbangannya, siap dengan keputusannya, dan siap dengan penerimaannya.
Beberapa hal tentang “Kehilangan” yang akan diceritakan, berikut juga dengan hikmah yang terlalu banyak untuk dijabarkan. Tetapi, beberapanya mungkin akan  disebutkan.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 “Jika kau tidak siap dengan kehilangan hal  kecil, bagaimana mungkin kau akan siap dengan kehilangan hal yang besar?”

Bukan tentang sebuah awalan, tapi bagaimana setiap proses mampu membentuk setiap kepribadian. Bukan tentang sebuah perpisahan, tapi bagaimana setiap pertemuan terajut indah hingga mampu memaknai apa itu “ukhuwah”. Bukan juga tentang ketermilikan, karena setiap kehilangan akan digantikan dengan ketermilikan-ketermilikan berikutnya.

Kehilangan Yang Pertama, tentang Lembaga yang mengharuskan untuk melakukan pembelahan diri. Logika sederhananya, sebuah sel akan membelah diri agar segala fungsi organnya bekerja dengan baik, tidak terlalu berat, dan yang paling penting adalah berkembang biak. Maka Lembaga Kemanusiaan Nasional ini akan terbagi dalam 2 fokusan, entah itu yang focus pada zakatnya saja, juga yang focus pada kemanusiaannya saja. Untuk apa? Sungguh yang memahami kondisi ini, insyaa allah akan bersepakat tentang hakikat kemashlahatan umat., untuk kebaikan umat agar Zakat mampu diorganisir dengan baik, massif, dan menyeluruh, Insyaa allah. Juga berkenaan dengan targetan yang lebih besar, agar saudara di Luar Negeri sana, dibelahan Bumi manapun, dengan suku dan warna kulit apapun mendapatkan pemenuhan kebutuhan dan berkahnya rezki sesama saudara. Masyaa Allah.

Benar bahwa kami akan menjalani sebuah proses yang tidak biasa, benar bahwa kami akan “kehilangan” beberapa rekanan sejawat,  juga benar bahwa kami harus melipatgandakan kekuatan dan pertahanan dari yang sebelumnya, tapi TIDAK untuk persaudaraan yang kami miliki, tidak untuk silaturrahim yang kami bangun sendiri. Sebab kami, berhubungan bukan hanya karena pekerjaan, kami berinteraksi juga bukan hanya karena urusan kepentingan, kami berkomunikasi tidak hanya sekedar antara karyawan dan pimpinan. 

Secara pribadi, seluruh kolega memiliki kesannya sendiri-sendiri, menciptakan ruang disudut hatinya sendiri-sendiri, menentukan ukurannya pun sendiri-sendiri. Mulai dari pimpinan yang siap mendengarkan segala apa yang disampaikan bawahannya, hingga kepala divisi yang memotivasi bawahannya untuk terus memperdalam segala hal tentang menulis bahkan pun memandu untuk membuat blog pribadi. Atau juga tentang kelakar dan pembuliyyan yang berlebihan, yang sesudahnya diakhirkan dengan kata maaf, atau….setahun kebelakang yang menjadikan saya banyak belajar tentang penerapan ilmu-ilmu yang didapatkan, juga termasuk dalam mendapatkan ilmu baru serta berbagi apa-apa yang dipahami. Bukan berlebihan, sama sekali tidak. Melainkan ini pengakuan, bahwa mereka semua ISTIMEWA. Intimewa dengan keunikannya masing-masing.

Jazaakallah Khair untuk Pak Zul yang sudah menjadi kakak sekaligus pimpinan yang statusnya bukan “mendikte”, melainkan mengarahkan. Jazaakallah khair atas segala apresiasi yang barangkali termasuk kedalam kategori berlebihan, tapi mudah-mudahan ia menjadi do’a… Do’a untuk kami, karyawannya agar semakin total dalam pemenuhan amanah. Bukankah do’a pemimpin yang adil itu makbul? Mari berburu do’a mereka, do’a para pemimpin sholeh dan yang mensholehkan… (Do’a apa yaaa, hehe). Tapi, jazaakallah khair Pak Zul, untuk segala kebaikan yang tidak mampu dirincikan.

Jazaakallah khair untuk Pak Adin, Kepala Bidang yang mengarahkan kerja bawahannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Untuk setiap sajak dan pantunnya yang menghibur, untuk setiap motivasinya yang dilebur, semoga sehat selalu, juga tidak pernah berhenti untuk terus berkarya dalam keunikan dan ke-khas-annya.

Jazaakallah khair untuk Pak Ferry. Banyak belajar tentang sabar dan ketenangan dari Pak Ferry, banyak belajar menahan amarah bahkan pun sudah sampai ke taraf “penyudutan”, dan mohon maaf saya menjadi salah satunya. Tapi, sabarnya Pak Ferry luar biasa.
Jazaakillah khair Kak Lusi. Kakak, yang pribadinya mudah untuk didekati. Sanguinisnya kental sekali, kadang-kadang suka “bertengkar” dengan sanguinisnya saya, tapi….mendiskusikan banyak hal dengan kakak adalah sebuah keasyikan. Berbicara empat mata dengan kakak adalah kelegaan, lega karena mampu memberikan solusi entah itu tentang pekerjaan atau urusan pribadi. Dan yang akan “diopor” ke Padang, semoga kakak Allah kuatkan dengan kebaikan yang sudah dilakoni. Sayang kakak karena Allah, semoga didekatkan jodoh se-hidup se-jannahnya segera, Aamiin
Jazaakillah khair untuk Front Line kami, Nurul. Ternyata usia memang tidak menentukan tingkat kedewasaan seseorang, ya Nurul. Untuk beberapa moment kita pernah saling bekerjasama, lalu Nurul menjadi yang menenangkan dikala yang lain “sok hiruk pikuk” (maksudnya saya-red). Jazaakillah khair atas segala kemudahan yang diberikan, juga kelembutan yang meneduhkan, semoga Nurul tetap Istiqomah, untuk setiap kebaikan yang pernah didapatkan selama “kita” bersama.
Untuk Kak Meri, Jazaakillah Khair ,Kak…. Terimakasih sudah menjadi pendengar yang baik, untuk hal apapun dan dimanapun, untuk yang sudah menemani segala yang amel minta, bahkan sampai minta tolong ambil gambar di Jam Gadang, atau untuk semua baiknya yang tidak tampak tapi begitu terasa. Salam Koleris dari Amel, kak… semoga dikuatkan kakak untuk jasad dan ruhnya.
Untuk kak Rahmi, Jazaakillah khair. Kakak yang menjadi alasan kedua untuk menangis menahan rindu, untuk yang diam-nya begitu menggelisahkan dan tidak menenangkan, juga kakak yang mampu mengambil hikmah dengan caranya yang berbeda. Tentang perjalanan hidup, barangkali kita memang berbeda. Tapi sungguh, hikmah yang ingin kita kumpulkan adalah hikmah yang sama, bukan?
Untuk Kak Menda, “Kok kakak baik kali, ya?”. Aduh, maaf kak kadang amel memang suka mendominasi. Hehe. Tapi kak Menda sabarnya, tenangnya, baiknya, bahkan helmnya sampai harus “dihilangkan”, tetap tidak apa-apa. Kak Menda…..:”)
Untuk Pak Kasman, Jazaakallah khair karena sudah mau disusahkan dengan permintaan pulsa kapanpun kami mau (udah gitu nunggak lagi), Jazaakallah khair Pak, semoga usahanya semakin lancer, jaya, dan berkah.
Pak Bus, Jazaakallah khair sudah menjadi salah satu partner yang “sekufu”. Mudah sekali connect apa yang amel sampaikan dengan apa yang dimaksudkan. Pak Bus masih hutang cerita lho, ya. Jazaakallah khair Pak Bus, semoga dilapangkan rezkinya untuk mendapatkan momongan.
Untuk Pak Diko dan Pak Abbas, sengaja “disimpelkan” agar tidak menjadi fitnah. Tapi Jazaakallah khair untuk semuanya. Ide, gagasan, kritik, saran, masukan, dan kelegowoannya selama beriteraksi.

-----------------
Akhirnya, ini bukan sebuah pengumbaran kebaikan, tapi cara kita dalam berterimakasih bisa jadi berbeda. Dan kali ini, saya berterimakasih untuk sebuah “kehilangan” , yang sebelumnya – betapa mereka, sudah menciptakan sebuah “kehadiran” nya masing-masing dengan caranya yang berbeda-beda.

Uhibbukum Fillah,

bersambung
(Untuk "kehilangan" yang Kedua akan menyusul,hehe)