"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Kamis, 30 April 2015

Tentang Kita

Bukan soalan seberapa banyak buku yang sudah kit abaca, sebab tumpukkan teori bukan apa apa jika tak dibarengi dengan aplikasi,
Bukan soalan berapa lama kita ikut pengajian, toh yang sudah puluhan tahun ngaji pun bisa tumbang dan kalah sebelum berperang,
Bukan soalan berapa banyak kita punya teman dan sodara shalihah, karena mereka pun tak kan mampu merubah mu sebelum perubahan itu berawal dari dalam dirimu,
Bukan juga soalan berapa dalam khimar dan seberapa syar’inya pakaian yang dikenakan, sebab itu adalah bagian dari kewajiban seperi kewajiban sholat bagi muslim muslimat, mukmin mukminat..
Bukan teman,
Ini soalan kita dan Allah,
Ini soalan kita dan persaksian saat di alam ruh, “qoolu bala syahid’na, alas’ tubirobbikum”
Ini soalan kita dan telaga Al-Kautsarnya Rasulullah Shallallahu’alaihiwasaalam
Ini soalan kita dan bangkitnya Islam di akhir zaman,
Ini soalan sebaik-baiknya pertinggal adalah generasi yang kuat setelahnya
Dan ini…soalan, seberapa kuat atau lemahnya azzam ,perjuangan, dan tekad dalam mengilmui segala yang terterima oleh akal yang terbatas ini.
Kata Ustadz Akhi, tadi pagi….
Tafakkuh itu lebih dari sekedar Tafahum, tidak hanya sekedar memahami, tapi mampu mengartikan segala yang tersurat dan tersirat..

(Ibrahim berdo’a), “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang orang yang sholeh,” (26:83)

Rabu, 29 April 2015

GALAU?

Ada yang khawatir nikah tidak pada usia yang ditargetkan?
Ada yang gelisah ketika melihat teman memiliki pasangan sementara "kita" menanti dalam kepastian?
Ada yang cemburu ketika diberanda profil media sosial yang lain lewat sambil majang foto berdua?
Atau...ada yang sedang berjuang namun tak kunjung ada akhir yang pasti?
.
Lelah..?
Galau..?
.
Wajar... kita manusia, kebutuhan tertinggi sebagai individu kata Moslow memang aktualisasi diri, tapi kalau versi Islam, kebutuhan tertinggi kita sebenarnya adalah memiliki pasangan.
.
Tapi menemukannya memang tak semudah mengunyah kerupuk,
Mencarinya yang tidak tahu dimana pun memang menyulitkan...
Menunggunya yang entah siapa apalagi dimana memang melelahkan,
Tapi jika kita padukan 2 buah saja firmah Allah;
Allah melapangkan rezki siapa yang Dia kehendaki dan membatasi rizki siapa yang Dia kehendaki (Qs 17:30)
Dan...
"...boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui" (Qs 2:216)
.

Coba kita pretelin satu-satu..
‪#‎Ayat‬ pertama, ada kata kunci "...yang Dia kehendaki", "melapangkan", dan "menahan"
Jika jodoh adalah rezki (rezki yang baik), maka menjemputnya pun jugalah dengan cara yang baik. Agar tidak hanya sekedar Halal tetapi jg Toyyib (baik). Lalu ada kalimat "...siapa yg Dia KEHENDAKI". Lawan kata BER-kehendak, adalah DI-kehendaki (kata kak vivi)
Pertanyaannya balik ke kita, kita mau ngga jadi hamba yg DIKEHENDAKI rizkinya yang baik2 dengan cara yang baik2 pula? Mau, ngga?
Disana ada juga kata MELAPANGKAN dan MENAHAN.
Jangan khawatir...tentang rezki kita Allah udah atur sengan terperinci, tak tertukar, tak bergeser. Hanya kita perlu waspada, adakah yang salah dalam cara sehingga Allah malah jusrtu menahannya (nya: rizki) dari kita?
.
#Ayat kedua, agar kita jangan terlalu terburu-buru menetapkan takdir. Jangan terlalu cepat yakin bahwa apa yg kita jalani itu baik untuk kita, karena toh semua jg akan diputuskan oleh Allah. Keep Woles aja:D
.
Belum nutup aurat? Yaudah belajar pake jilbab aja dl pelan2...
Atau kalau udah pake jilbab tp blm syar'i, yaudah belajar aja dl, coba2 pake jilbab syar'i...
Hafalan juz 30 blm kelar? Yaudah kelarin dl aja...
Ilmu ttg nikah blm banyak? Tambah lagi bacaannya...
.
Sibuk dengan kebaikan,
Sibuk teruuuus memperbaiki diri.,
Sibuk belajar masak,
Sibuk belajar merawat kesehatan,
Ayolah kita sibuk,
Biar lelah dan letihnya menunggu tak sia-sia...
.
Udah, gitu aja.
Pagi, untuk yang terus memperbaiki dirinya

Senin, 27 April 2015

Toyyib

Maka sempurlah islam dengan segala kesempurnaannya (Al-Maidah:3)


Semuanya rinci dalam aturan

Lengkap dalam penyampaian

Dan menyeluruh untuk kehidupan


Dalam sebuah seminar Dr. Zakir Naik, ada pertanyaan tentang hukum makanan yang mensyaratkan Halal dan Toyyib (baik). Apakah ada makanan yang TIDAK TOYYIB? Lalu ia menjelaskan dengan lugas bahwa, tidak semua makanan untuk seseorang itu toyyib. Contohnya saja bagi penderita diabetes, makanan yg mengandung unsur gula tinggi HALAL bagi beliau, hanya saja ia menjadi TIDAK TOYYIB bagi dibeteser.

(Kurang lebih maksudnya seperti ini, ingin lebih jelas tonton videonya saja ya:)) 


Shadaqallah....


Allah Maha Tahu dengan segala aturan yang Ia buat.

Cukuplah kita tiada berlebihan dalam mengambil nikmat, karena asupan yang kita makan tidak hanya sekedar Halal tetapi juga Toyyib. Hingga ia mampu menjadi penegak atas seluruh sendi tubuh dalam berkhidmat atau penguat tulang punggung dalam ruku' dan sujudnya... Cukuplah ia menjadi asupan gizi yang seimbang bukan hanya sekedar pelepas selera yang diperturutkan atau sisa sebutir , dua butir yang dimubadzirkan yang kelak akan kita pertanggungjawabkan, Astaghfirullah :(


Tapi Halal juga tak sekedar dilihat dari HASIL, setidaknya... 

Proses dan Cara jugalah utama 

Halal tanpa harus mengambil hak orang lain, 

Halal tanpa harus mengabaikan hak orang lain, 

Halal tanpa harus menyakiti sesama yang lain,

Halal tanpa harus menggerutu pada atasan,

Halal tanpa harus saling ghibah dan fitnah sejawatan,

Halal tanpa harus berprasangkan buruk dengan pimpinan,

Halal tanpa harus saling mendengki dan mendendam,


Maka....

Halal dengan (harus) Ridha Allah dan Ikhlas diri 

Halal dengan (harus) men-Sabar Syukurkan ni'mat

Halal dengan (harus) totalitas dan maksimal dalam memenuhi kewajiban-kewajiban...

Halal dengan (harus) meniatkan segala peluh Lillahita'ala.

Semoga atas segala yang kita ikhtiarkan dalam bekerja, tidak hanya GAJI yang kita terima sebagai ke-Halal-an, tetapi juga proses penjemputannya selama 30 hari kerja sebelumnya juga Toyyib


Siang ini bersam#FennySP #EnhaiBKT#SoerabiBandoeng 

Semoga Barakah segala asupan :'')

Yang Terasing

Seberapa besar pengaruh doktrin orang lain kepada mu tergantung seberapa besar pengaruhnya ia bagimu. Meski ini tak menampikkan segala kekurangan yang ada, atau juga tidak mengabaikan apa yang Ali bin Abu Thalib pesankan perihal mendengar APA yang disampaikan , bukan SIAPA yang menyampaikan.

Cerita indah berbalut kekuatan dan ruh semangat perjuangan. Adalah mereka, Para Ghuraba' yang memantapkan hati dan menguatkan langkah dakwah dan jihad. Berat. Berdarah. Tapi sesekali memahami hakikat hidup dan kehidupan, tak ada tawar menawar untuk meninggalkan apa yang sudah "dibeli". Adalah Aku, yang pernah pada titik merasa "penasaran" terhadap perjuangan ghuraba. Barangkali disaat itu semangat sedang menggebu, darah mudah sedang memancar sejadi jadinya (meski saat ini masih tetap muda dan semangat:D).

Tapi perjuangan tak butuh hanya sekedar semangat, Mel... Hingga pada suatu hari, aku nyatakan kepada salah satu ghuraba yang ada dihadapanku, "Wahai guru, sungguhpun nanda menginginkan menjadi bahagian dari al-ghuraba'. Adakah diri ini mampu merasai segala perjuangannya kembali?" Lalu , ia berpesan dg doktrinyang hingga hari ini aku pegang dan didekapkan ke dada agar lebih membersamai langkah; "Insyaa Allah nanda. Jalan ini menyerupai lingkarang obat nyamuk.Semakin kedalam semakin mendekat dengan inti. Istiqomahlah. Istiqomahlah hingga kau benar-benar berada dalam inti perjuangan ini. Sebab bagi yang tidak kuat, tidak sabar, bisa saja ia sudah hangus terbakar atau patah ditengah jalan. Istiqomahlah"
Maka hari ini aku berhitung, sudah berada dilingkaran keberapakah aku untuk mendekati inti perjuangan ini? Tak ada yang tahu. Toh pada akhirnya ia hanya kiasan. Yang bisa kau upayakan hanya terus, terus, dan terus berjalan. Tak peduli sebesar apapun lingkaran yang akan kau lewati nantinya.

Al-Hudhaibi

Tidak selamanya kepemimpinan mampu mengendalikan pemahaman bawahannya. Juga, tidak selamanya strategi-strategi yang “strategis”-menurut sang pemimpin, mampu diterima oleh akal sehat bawahannya terlepas apakah kurang terterimanya maksud atau kebiasaan pimpinan yang sebelumnya terwarisi dengan baik. 

Maka inilah posisi Al-Hudhaibi (1951). Pengganti Mursyid Am Ikhwanul Muslimin I. Karena setelah tertembaknya Hasan Al-Banna dg peluru yang terlupakan dan

pemakaman yang tak diizinkan untuk diselenggarakan oleh rezim yang berkuasa, disaat itu pula Al-Hudhaibi mengambil langkah dan kebijakan yang bertolak belakang. Ia dekat dan mendekat dengan pemerintahan, bersahabat dengan Raja Faruk yang sebelumnya tak pernah dilakukan oleh Mursyid I. Asing. Tak biasa.

Tapi itulah pemimpin. Hingga pada akhirnya, yang awalnya bertentangan dengan strategi yang diambil Al-Hudhaibi pun juga berpeluk mesra, berjabat tangan dua tahun sebelum ia menutup mata. Tidak ada maksud lain dr sang Mursyid II selain untuk memberikan perwajahan Ikhwanul Muslimin yang bersahabat. Anggap saja, ketika dahulu Al-Hudhaibi tak mengambil peran dalam “penjajakan” terhadap Raja Faruq, bisa saja hari ini Ikhwanul Muslimin tidak berupa Parpol berkuasa, meski juga hari-hari mereka terakhir sedang diuji. Semoga Allah kuatkan.

Maka engkau, wahai pemimpin. Setidaknya pemimpin untuk dirimu sendiri, bersabarlah dalam ketaatan, seperti sabarnya Al-Hudhaibi meski dalam tahanan-dengan segala perih dan sakitnya siksaan, tak goyahkan prinsip dan keimanannya.

Bergeraklah dengan gayamu. Namun tetap dalam batas koridor tujuan dan cara yang dipahami barisanmu, seperti ‘gayanya’ Al-Hudhaibi , terhadap amanah yang ia tak pernah ajukan diri.

Serta jadikan ukhuwah sebagai kekuatan langkah-langkahmu, seperti yang dijalin Hudhaibi terhadap para ikhwan.

Ini bukan tulisan tanda pengkultusan. Sebab tak ada yang gantikan status Nabi kami, Muhammad.SAW disegala sendi kehidupan. Hanya spenggal kisah, dengan hikmah yang mestinya terpahami dengan seksama.

"Adakah KITA....?"

"Kemanakah kita yang dahulu?" 

Kawan, masih ingatkah kau tiga atau empat tahun yg lalu dijalan raya ini?

Betapa dulu barisan panjang kita menutupi sebahagian aspal jalanan...

Masih ingatkah kau saat peluh dan panasnya matahari tak mengalahkan langkah-langkah kita, sedikitpun tak mundur. Sembari membawa kardus bertuliskan "Save Gaza!", atau spanduk "Bebaskan Palestina", atau nyanyian-nyanyian jihad pengobar semangat...

Untukmu.... Palestina tercinta

Kami penuhi panggilanmu

Untukmu... Al-Aqsha yang mulia

Kami kan terus bersamamu


Dulu, kita sigap dalam melangkah 

Tegap dalam memegang prinsip

Tak goyah meski dipandang sinis...

Lalu ada yg bertanya, Kenapa harus Palestina, bukankah Indonesia jg membutuhkan?' 

Disaat itu juga kita mantap dalam memberikan jawaban ; 'sebab ukhuwah tak kenal batas geografi dan warna kulit'

Ini dulu, meski saat ini aksi-aksi sudah menjamur, masihkah maksimal kontribusi kita didalamnya?

Atau... Kawan,

Justru hari ini adalah hari-hari kita untuk ditertawai,

Kita lupa (atau melupakan) debu jalanan tiga atau empat tahun silam,

Kita pura-pura khilaf menikmati setiap produk-produknya,

Kita tutup telinga saat ada ta'limat Munasharah,

Kita membenarkan atas dasar kesibukan, ma'isyah, atau keluarga,

Masihkah sama peluh kita hari ini dg yg dulu?

Masihkah sama kuatnya azzam kita hari ini dg yg dulu?

Dan... Masihkah berkobar rasa cinta didada untuk Palestina ?

Aku yang mengkhawatirkan diriku sendiri~

Hak-Nya

"Allah titipkan hidayahNya kepada siapa yang Dia kehendaki"

Ini cerita, tentang konsekuensi yang harus diterima dari kesalahan-kesalahan masa lalu, dan berujung pada keinsyafan diri. Alhamdulillah.... 
Sahabatku, saudariku,
Sepenuh kesyukuranku pada Yang Maha Esa atas kebaikan nurani yang sedang kau rasakan... Kau tahu, saat kau mengatakan penyesalan terhadap kesalahan dimasa lalumu, disaat yang sama aku menangis terharu, bahagia. Rasa-rasanya detik itu tak ingin dilewatkan, kalau pun kita dekat, engkau akan ku dekap erat agar bisa ku genggam tanganmu, lalu kita bersama-sama menuju Allah.
Kau tahu, saat kau mengatakan ingin memperbaiki diri, maka hal itu pulalah yang sedang ku upayakan. Ayok, kita sama-sama belajar dan terus menjadi lebih baik.
Sahabat, kau tahu, selama dalam sepermainan aku tak pernah memaksamu merubah penampilan mu, aku tak pernah memaksamu untuk memutuskan pacarmu, bukan karena aku tak mau, tapi karena..betapa saat ini aku lebih bahagia mendengar perubahanmu, daripada bahagia yang dipaksakan jika harus mendikte A,B,C padamu...
Aku tidak lebih baik daripada mu, aku tidak lebih mulia daripada mu, aku hanya seseorang yang beruntung memperoleh hidayah lebih dahulu, dan sekarang adalah giliranmu, sahabat... Bagiku, rasa cinta dan kasih sayang kepada seorang teman adalah ; "tidak membenarkan kekeliruan yang ia perbuat, tetapi jg tidak akan memaksa apa yang aku maksudkan", karena jauh akan lebih membahagiakan ketika menyelipkan namamu dalam bait-bait doaku, agar Allah karuniakan kebaikanNya untukmu dan untukku... 

Untukmu, yang namanya tak perlu ku sebutkan~

Dear, Sahabat

Dear, sahabat

Ntah apapun alasan mu untuk pergi. Tapi pergilah untuk pulang kembali. Pulang dengan bahu yang lebih tegap dan hati yang kian mantap. Jika pun saat ini kau belum menjadi orang hebat, tapi yakinlah akan ada banyak tangan yang akan memegangimu selalu, pundak untuk bersandat, dan pelukan hangat tanda cinta, rindu, dan harapan yang tak boleh hilang.

Pulanglah sahabat, untuk suatu saat nanti:')

#hugs

Diikat dan Mengikat (Bag 2)



(Continue)


Selanjutnya , adalah tentang PEMAKNAAN terhadap PEKERJAAN. Ini point penting, teman. Karena semuanya berawal dari NIAT dan TUJUAN. Dan sebaik-baiknya niat adalah karena Allah, setinggi-tingginya tujuan adalah syurga. Jujur saja, penghasilan yang kami peroleh tiada sanggup menghidupi puluhan anak yatim, tiada mampu mendirikan Medical Center, dan tidak akan mampu mendirikan sumur bor di sebuah nageri yang sumber air bersihnya hanya saat hujan datang mengguyur, TIDAK MAMPU.


Tapi kami, menyimpan harap dan cita dalam ruang hati yang tertutup, agar menjadi yang disebut-sebut oleh Rasul kami dalam hadistnya, "Khairunnas Anfauhum Linnas"

Allahumma aamiin

Teman, titip semangat untuk mereka diluar sana yang bekerja jangan hanya sekedar bekerja....

Titip semangat untuk mereka diluar sana yang masih bingung untuk apa, siapa dia bekerja......
Titip semangat, dan salam penuh kerinduan wangi syurga, katakan pada mereka, bahwa kita memiliki suhu yang sama, cita-cita yang sama, hanya warna kita saja yang berbeda... Bukankah warna-warni itu indah??? 


Sepenuh Cinta, 


dibawah rinai hujan yang penuh berkah
"Allahumma shoiyyiban nafii'a"

Jumat, 24 April 2015

Diikat dan Mengikat

"Ikatlah ilmu dengan mencatatnya" - Ali bin Abi Thalib

Sesaat-sesaat kita bisa saja mengingat apa yang didapatkan, tapi sesaat yang lain, yang ukurannya lebih besar, tentu banyak lupa. Sebab ianya adalah fitrah sebagai manusia. 
Lagi, tentang Jakarta. Tentang apa yang ada disana sudah dituliskan. Selanjutanya tentang apa yang mampir dalam ingatan melalui kata-kata orang lain. Ini bukan sembarang kata. Karena dari apa yang muncul dari lisan seorang insan-siapapun, pasti ada kebaikannya, in syaa allah... 


---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ada tanya yang perlu dijawab dari setiap kita tentang apa yang kita kerjakan dan apa yang kita kerjakan :

1. Untuk apa kita dilahirkan?

2. Dari apa yang sudah kita lakoni sebagai Job, adakah nilai tambah yang mampu dilahirkan? Nilai tambah tidak hanya untuk diri sendiri, tapi keluarga, masyarakat, dan negara.

3. Pekerjaan kita, adakah bahagiannya yang membantu agama Allah?


(Saat mendengarkannya kemarin, ada hati yang *ngenyes2, sebab pertanyaan berikutnya adalah "Jika pun sudah berbuat, adakah ia sudah bisa dikatan maksimal???") ---- kayanya diotak tanda tanya gedeeeee banget :( Untuk yang merasa bekerja hanya sekedar bekerja, barang kali tidak merasa ada beban berat dibalik tiga pertanyaan diatas?

Maka kata Thufail ; "Takbirkanlah empat kali untuk kematian hatimu"


Kawan, kita indah dengan caranya masing-masing.

Kita unik dengan gayanya masing-masing. 
Dan kita berbeda dengan perbedaan yang bukan untuk menimbulkan pertikaian, tapi justru perbedaan yang melengkapi untuk kebaikan bersama


Semoga jawaban yang ada didalam hati kita, mampu menjadi jawaban yang kita hadapkan kepada Rabb kita, Allah bukan jawaban yang kita benar-benarkan... (Continue)

Rupamu (Hati)

Jikalah hati memiliki sayap, biarkan ia terbang sesuka hati.

Pastikan saja tujuannya Ilahi Rabbi...
Atau jika ia memiliki kaki, biarkan ia berjalan dan berlari ke hamparan luas. 

Pastikan saja disana tiada seorangpun yang menertawai...
Atau jika ia harus menangis, biarkan saja. 

Tapi pastikan bahwa setiap tetes air yang keluar adalah tetes-tetes pertaubatan atas maksiat tempat bernaungnya, JASAD DIRI.


Qolbu... Sabda Nabi kami rupamu adalah segumpal darah. Jika baik ianya maka baik seluruhnya

Tapi sekali aja dikotori, pembersihnya bukan alcohol
Sekali saja sakit, obatnya bukan ke spesialis penyakit dalam... 

Kamu spesial, perawatannya pun spesial..:) 


Semoga Allah jaga hati-hati kita #aamiin
--------------------------------------------------------------------

Kalah karena Sunnah

Generasi awalun adalah generasi terbaik, sebab mereka dididik langsung dari guru terbaik sepanjang zaman. Apa yang mereka ungkap dan lakukan selalu menjadi teladan dan referensi dalam beramal... Semoga Allah merahmati mereka:) 

Termasuk salah satu kisah yang akan diceritakan ulang disini, tentang arti sebuah keteguhan terhadap prinsip dari apa yang diajarkan... 

Siang itu, Khalifah Umar Ibn Khaththab melihat kawanan perang pasukan muslimin sedang memanjat pohon. Menggerogoti setiap helai dedaunan yang ada disana. Khalifah pun keheranan, lalu bertanya... "Apakah gerangan yang terjadi wahai kaum muslimin?" "Ya Amirul Mukminin," begitu tandas mereka, "sungguh kekalahan dalam peperangan ini membuat kami kehabisan persediaan makanan dan terpaksa memakan dedaunan"

Lalu khalifah berujar, "Demi Allah, kekalahan ini terjadi pasti karena ada sunnah Rasulullah yang kalian tinggalkan". Shadaqallah, wa shadaqarasulullah... 


Sumber : dari cerita salah seorang ustadz yang namanya lupa dalam sebuah kajian islam dengan perubahan redaksional seperlunya


Apa yang kita alami, memang tidak pernah terlepas dari apa yang Allah takdirkan. Hanya saja, untuk urusan kekalahan, kemunduran, itu karena kesalahan kita sendiri... Semuanya. Ntah itu kekalahan saat pemilu, kekalahan dalam mencapai target target baik target kerjaan atau keluarga, mesti harus balik bertanya ke diri sendiri, ADAKAH SUNNAH NABI YANG SAYA TINGGALKAN?
Adakah ghibah yang berserakan, hati yang mendeki, tangan yang kikir, atau adab-akhlak terhadap kawanan dan pimpinan yang buruk, atau malah jangan-jangan ada maksiat yang tanpa kita sadari telah dilakukan? 

Allah, jaga kami..hati, jiwa, pikiran, lisan, dan pendengaran kami... Setidaknya yang sedikit ini menjadi cerminan dan introspeksi terhadap laku dan ucap , arahan dan tindakan, serta penjagaan terhadap prinsip dan pengajaran sang murobbi :") 

Sepenuh cinta

Diatas Awan

Setiap perjalanan darat, laut, dan udara sudah seharusnya menyisakan ruang untuk hati dan akal bertafakkur, mengakui ke Maha Besaran Sang Pencipta... Maka Nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan?

Seharusnya-menurut saya, orang yang acap kali melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, harus lebih sering berpikir, lebih sering merenung, dan menghitung-hitung diri.... Tanya kenapa?

Awan itu ngga ada gantungannya...Awan juga ngga punya kaki buat berpindah..Tapi mereka bergerak , membawa diri ketempat-tempat yang harus ia naungi dengan teduhnya, siapa lagi yang menggiring kalau bukan hanya dengan 'tiupan' Allah, penciptanya? Subhanallah.. Jadi ingat kisah Rasulullah yang dinaungi dg awan saat tanda kenabian itu muncul... Masyaa Allah :") 

Sungguh mudah bagi Allah menciptakan dan menggerakkan apa yan Dia inginkan, hanya dengan satu ucapan, "Jadilah".... Maka Jadilah... Kalau dari atas ,yang jaraknya hanya sepersekian kaki dari laut, kita ngeliat rumah, pohon, bukit, dan lainnya tidak lebih dari sekedar ngeliat miniatur-miniatur bangunan, bukan? Kalau dari jarak yang segitu aja kita ngeliat diri kecil bangeeeeet, gimana Allah yang ngeliat kita dari 'ArsyNya yang Maha Tinggi?

Bahkan kalau mau dibandingkan dengan Patung Liberty, tinggian mama coba?
Ini serius, teman.

Kita butuh sesuatu yang berbeda dengan orang lain, yang bisa membuat kita 'bersinar' dihadapan Rabb Semesta alam. Ngga batu akik aja yang perlu dikilatkan....hmm
Kita butuh 'pembeda', antara kita dan orang lain biar Allah liat kita, biar Allah tahu kita ADA. Ini eksistensi... Ngga cuma artis yang perlu eksiiis, bro.... Hehe

Kata kuncinya, 'kita membutuhkan'..... Kata kunci yang lainnya 'keimanan' ......atau yang lain 'peluang kebaikan'....... Kita butuh ciri khas, bukan Allah. Allah, mau kita mengkilat atau engga, ada atau engga, eksis atau engga, Dia Maha Besar dengan segala kebesaranNya, tetap mulia dengan kemuliaanNya.... Hikmah itu berserakan kawan, tinggal kita tentukan saja ingin mengambilnya atau membiarkannya berlalu :")

DJayakarta

Dikasih kesempatan melakukan perjalanan ke Jakarta, lalu komentar dalam hati... 

"Oh jadi ini yang namanya Jakarta";

Dari setiap jengkal tanah yang tak tersisa untuk bukit dan pepohonan, ia gersang dan kering. Panas.

Untuk setiap bangunan-bangunan megah yang kokoh menjulang, ianya jg salah satu dampak dari rumah kaca. Global Warming.

Untuk setiap kemacetan dan kesibukan dimana-mana, ianya hiruk dengan klakson mobil dan pikuk dengan asap kendaraan. Ribut.

Untuk setiap jenis pekerjaan yang dijambangi oleh setiap kepala keluarga, semua jenis pekerjaan disini ada. Complete.

Untuk keberagaman kendaraan umum yang ditawarkan, Kopaja adalah salah satunya. Tp kualitasnya sama dg ojeknya, "Horor". Ah.....masih indah negeri kami, hijau, sawah, dan hutan yang alami:) 

Tapi.. Ini juga yang namanya Jakarta;

Dari rumahnya orang Nomor 1 di Indonesia, sampai pengamen jalanan yang berpasangan dtitrotoar nimbrung disana. 

Dari yang merasa tidak memiliki himpitan ekonomi sampai yang ngeluh kerasnya "ekonomi" juga ada disana.

Dari mahasiswa yang turun kejalan terkenal dengan almamaternya, sampai yang terpampang sebagai latar acara musikal juga disana.

Tapi tenang saja, Jakarta....

Apapun rupamu, kau tetap perwajahan kami di dunia Internasional. 
Tenang saja, sebab namamu juga harumnya dahulu adalah Jayakarta

Sebab namamu juga dikenal dalam teks proklamasi 
Kami mencintaimu, sebagai bahagian cinta kami pada Ibu Pertiwi #INDONESIAKU#Negeriku #TanahAirku :)

Do'a

"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu" (2:128)
Ini lantunan indah do'a Nabi Ibrahim, ntah kita termasuk kedalam bahagian yang Allah kabulkan doa beliau atau tidak, tapi yang jelas semoga ayat ini menjadi pengingat utk kita bersama bahwa ikhtiar pun harus dimulai semenjak dini , sesedia kala mungkin..

Semangat!!!

Mata Air

Sebaik-baiknya teladan adalah orang-orang sholeh~

Pagi tadi terdengar sayup-asyup tausiyah dari Ustadzah Okki Setiana Dewi, menceritakan tentang salah satu kisah generasi terbaik ummat ini, Ka’ab bin Malik, maka apa yang aku lakukan saat ini, hanya mengulas kembali dengan sedikit banyaknya yg kurang, semoga mampu terambil hikmah dari teladan yang satu ini.
Dikisahkan, saat perang Tabuk yang ia tak mengikutsertakan diri padanya. Ia merasa cukup dg apa yg dimilikinya; tempat tinggal, kendaraan, kebun yang pd saat itu ia sedang memanen kurmanya. Innalillah, ini ujian, sungguh. Sebab kita tak begitu yakin jika berada diposisinya untuk melakukan hal yang tak serupa.
.
Perang Tabuk usai. Ia berdebar, “apa yang harus aku katakan dihadapan Rasulullah?”. Dengan kejujuran yang ia ungkapkan, bahwa ia tak ikut berperang karena alasan yang tak syar’I, maka Rasul dan para sahabat menghukumnya, mendiamkannya, tak menghiraukannya selama 50 hari berturut-turut.
.
Ia nelangsa. Sedih, dan bertanya-tanya. Kepada saudaranya ia ungkapkan kegelisahan,
“Wahai Abu Qatadah,kenapa kau mendiamkanku? Sesungguhnya aku adalah orang yg mencintai Allah dan RasulNya”
Lalu Abu Qatadah, statemennya begitu menggetarkan, membuat Ka’ab terisak dalam tangis, katanya
"Sesungguhnya Allah LEBIH TAHU siapa yang benar-benar mencintai Dia dan RasulNya”
Terlepas setelah itu Ka’ab juga akan kembali bersama kaum muslimin setelah hukumannya selesai, tapi jawaban Abu Qatadah cukup membuat kita bertanya-tanya terhadap diri sendiri , bahwa ; ketika CINTA mampu kita lisankan secara lugas, adakah hati dan laku mampu menjadi perantara yang menegaskan cinta itu? Atau hanya perasaan kita saja yg menduga-duga?
Padahal Ka’ab menangis, ba’da ikrar cinta yang tegaskan, betapa Abu Qatadah mampu mematahkan, “Sesungguhnya Allah LEBIH TAHU siapa yang benar-benar mencintai Dia dan RasulNya”

Sekian.
Salam sepenuh cinta untuk para teladan terbaik