Diingat-ingat lagi kita yang satu fakultas, satu jurusan,
tapi beda konsentrasi pelajaran
Kita yang satu mentoring, satu majelis follow upnya, tapi
dipisah saat liqonya.
Diingat-ingat lagi kita yang satu dalam periode amanah, satu
dalam periode koordinator, tapi berbeda bidangnya.
Kita yang dahulu sempat satu dalam hukuman juga tetap satu
dalam keinsyafan
Diingat-ingat lagi kita yang dahulu sulit sekali menyatukan
hati, sulit sekali menyatukan pendapat, tapi selalu dipertemukan dengan satu
poin yang sama, DO’A.
Kita punya masalah yang bebeda, karakter penyelesian yang
berbeda, tapi tetap satu dalam focus dan sasaran.
Pun, kalau diingat-ingat jika kita terlalu banyak perbedaan,
tapi disaat yang sama Allah juga banyak karuniakan kesamaan; setidaknya kita
memiliki KESAMAAN terhadap Visi Misi dakwah ini, yang akan berujung pada
kesamaan- kesamaan berikutnya, Insyaa Allah.
Kau tahu,
Ingin aku bisikkan lirih padamu, “sudah cukup beban yang kau
tanggung beberapa tahun kebelakang”. Tapi aku juga paham, penerimaan mu akan
hakikat dakwah dan amanah lebih besar daripada konsekuensi yang akan kau terima
meski harus mengeluarkan segala isi perutmu dalam Maag Kronis dan tukak
lambung, sedihnya aku saat itu :(
Kita memang bukan Mukminat yang sempurna, tapi insyaa allah
kita sama-sama saling menguatkan untuk menjadi mukminat yang Allah mau,
Kita juga bukan seorang da’iah yang paripurna, tapi insyaa
allah kita akan terus sama-sama saling melengkapi, saling menguatkan
Kita tak akan peduli apa yang orang lain nilai tentang kita
selain untuk introspeksi, sebab yang kita utamakan adalah penilaian Allah,
Allah giring kita hingga sejauh ini, Allah ajak kita untuk
saling menilai dan memahami satu sama lain, lalu kita ambil kesimpulan bahwa kita
saling mengisi, saling membutuhkan
Allah ajak kita untuk menyelami kedalaman ukhuwah dengan
segala jenis problematikanya,
Allah bimbing hati hati kita untuk mudah menerima nasihat, hingga kita satu dalam pemikiran; kita takut Allah murka,
Allah bimbing hati hati kita untuk mudah menerima nasihat, hingga kita satu dalam pemikiran; kita takut Allah murka,
Maka kamu, Riri, yang namanya pasaran (hehehe),
Tetap sajalah berpegangan didunia hingga akhirat, ya!
Janji?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar