"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Jumat, 29 Mei 2015

Jalan yang Lurus

JALAN MASIH PANJANG
Ternyata tidak hanya panjang, tapi jalan yang lurus juga banyak ujiannya, banyak rintangannya.

Jika dalam sehari semalam minimal lima kali kita memohon agar ditunjukkan jalan yang lurus, tapi nyata-nyatanya angka itu adalah sebagai sarana untuk menyadarkan sekaligus mengingatkan bahwa hidup tak melulu yang mulus mulus saja, bahwa perjuangan tak melulu yang mudah mudah saja, juga bahwa semua ujian tak hanya yang ringan ringan saja.

Lalu dimana bengkoknya? Dimana patahnya?

Sebab diri sendiri menjadi ujian adalah peluang besar,
Sebab Idealisme sendiri menjadi “pembunuh berdarah dingin” juga punya kesempatan,
Atau terjebak dengan sanguinisnya dirimu juga mampu merobohkan pertahanan…
=====================================================================================
Ihdinashshiraatal mus’taqiim – Tunjukilah kami jalan yang lurus
Shiraatalladzii naan’am ta’alaihim – Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri ni’mat kepadanya…

Lalu Allah rincikan dalam Surah ke 4 ,An-Nisa ayat ke 69, bahwa Jalan orang-orang yang Dia beri nikmat adalah mereka Para Nabi, Pecinta Kebenaran, Syuhada, dan mereka yang sholeh~
=====================================================================================
Balik ke Topik,
Mengambil kesempatan dan masa terbaik dimasa lalu adalah kearifan,
Menjadikannya sebagai pembelajaran dimasa sekarang adalah kebijaksanaan,
Dan menjadikannya salah satu rancangan dimasa yang akan datang adalah kedewasaan.
.
Lalu dulu kita ingat tentang perjalanan awal-awal kebaikan itu mulai tertananm,
Kita ingat saat dulu setiap ta’limat adalah prioritas dalam ketaatan,
Atau keterlambatan dalam kajian pekanan adalah kezhaliman,
Serta duduk paling belakang dalam tasqif adalah kepayahan.
Dulu juga amanah adalah pertanggungjawaban
Hukuman oleh Dewan Syura adalah keinsyafan
Serta daurah-daurah dari mas’ul dan mas’ullah adalah kebahagiaan
.
Semua adalah kebaikan, Alhamdulillah…
.
Hanya sedang rindu akan kebaikannya yang coba untuk dimunculkan kembali, seperti saat saat Daurah Siyasi, yang kita paham sekali arti “berbaur tapi tak melebur, mewarnai tapi tak terwarnai”. Tapi ya gitu. Seolah-olah naluri bertolak belakang dengan sanguinisnya pribadi, hingga paham semboyan itu tak mampu lagi menjadi tameng pertahanan diri.
Lalu kelemahan ini hanya bersolusikan satu dari Murabbi, “Evaluasi Ulang setiap kuantitas dan kualitas amalan yaumi, sebab yang bisa melakukan filter antunna ya diri antunna sendiri”
Semoga Allah terus bimbing kita, terus jaga kita, terus tuntun kita ke jalanNya yang lurus, Jalan para Nabi dan Rasul, Jalan Para Pecinta Kebenaran, Jalan Pejuang Syuhada, dan  Jalan hamba hambNya yang Sholeh. Aamiin

Sekian,

Dari aku yang nalurinya sering terjebak oleh pribadinya

Rabu, 27 Mei 2015

Disinilah KITA

Melingkar adalah KITA (Salim A Fillah)

Mungkin dulu saya tiada angan untuk menjadi amilin,
Tiada cita yang mengarahkan anak panah ke lembaga zakat
Atau juga tak dapat gambaran bagaimana caranya memperhitungkan hak asnaf yang delapan,
Tapi justru Allah arahkan langkah kaki kesini, bukan tidak mungkin Allah tiada titipkan ibrah melalui diri ini, bukan juga tiada mungkin tak ada tarbiyah dan ‘tangan’ Allah disana. Pasti ada.
Lalu diri yang kerdil ini berharap-harap, dari setiap kata yang diucap, laku yang disikap, dan hati yang di resap; Allah menjadi ALASAN dan TUJUAN, meski kebaikan-kebaikan dunia menjadi perantaranya.

“Disinilah kita…..
Merancang dan Bertindak
Memerah Pikiran
Dan Melerai Masalah”

Kalau kalau dulu Sekretariat Forum adalah Rumah kedua setelah wisma, maka Kantor PKPU saat ini jugalah rumah kedua setelah yang utama.
Allah, hanya sedang kasih kita fasilitas untuk total dan maksimal.
Ntah untuk Total dalam kebaikan atau keburukan, itu pilihan.
Allah, hanya sedang kasih kita wadah untuk menerapkan ilmu yang pernah didapat,
Sukses atau tidaknya tergantung kau yang melakoni.
Allah juga hanya sedang melihat tingkat iman kita menghadapi manusia yang satu dan manusia yang lain,
Jika tiada beda, maka ujian untuk mu jalan ditempat.

“Disinilah kita berpikir dan bekerja
Namun kita tetap lemah
Hanya bersandar pada Tuhan”

Kita SUPER TEAM, bukan SUPER MAN!!! (Kata Kacab kami saat Apel Siaga)
Cukup sombong jika kita mengabaikan kebaikan orang lain,
Cukup sombong jika kita tak mau ambil pelajaran dari setiap rekanan,
Cukup sombong jika kita mengingat-ingat kebaikan yang dilakukan,
Cukup sombong jika kita menilai secara sepihak, dan dari satu sudut pandang saja
Semoga Allah jaga kita dari setiap kesombongan, sekecil apapun, kepada siapapun.

Maka TEAM ini, Kompaklah, Solidlah, Rapih lah dalam barisannya
Selain akan mengokohkan langkah, semoga Allah juga akan mudahkan kita dalam mencapai target, juga mencapai ridhaNya~Aamiin

(Bahagia itu sederhana, sesederhana kita tersenyum dan bersyukur. Maka amel bahagia overload, tersenyum sumringah, dan syukur yang menggebu, itu semua karena KITA)

Tarusan, 26 Mei 2015

Hentakan Takbir kami mengguncangkan rerumputan Tarusan, menggelegarkan gelombang air tepian.
Sebab kami terlalu yakin bahwa setiap nadi dan nafas yang ber-Tuhankan Allah, tak ada yang dikeluarkan kecuali energi  Kebaikan.
Maka disini, KAMI, bersama-sama menyatukan suhu, menyamakan pemahaman, dan mengobarkan semangat bahwa perjuangan belum berakhir, perjalanan masih panjang, dan target masih harus terus diupayakan. Maka kuatkanlah Yaa Rabb, kuatkanlah kepalan yang menyimpan cita-cita jihad ini :')


Sumber Lirik : Disinilah Kita, In Team


Jumat, 22 Mei 2015

Bangga, nggak?

"Dihatimu, ada syair kehidupan yang harus tetap utuh
Walau itu mungkin tak sesempurna Rasulullah
Banggalah! Seperti Aku yang selalu bangga menjadi orang Islam"
-Thufail Al Ghifari-
.
Bangga nggak, pake jilbab dalam?
Bangga nggak, saat ditengah keramaian kita menahan-nahan selera karena ngga ada kursi buat duduk untuk makan?
Bangga nggak, minum dengan menopang tangan sebelah kanan?
Bangga nggak, baca Al-Qur’an diruang tunggu?
Atau baca buku “Tegar di Jalan Dakwah”-nya Ustad Cahyadi Takariawan disela-sela jeda pertemuan, bangga?
Bangga nggak, bisa ngisi Forum?
Bangga nggak, saat Jomblo menjadi pilihan?
Bangga nggak, pengajian adalah deretan teratas dalam mengisi weekend?
Bangga nggak, liqo pekanan datang paling awal?
Bangga nggak?!

(Nanya pake tanda seru)

Udah. Itu aja.
Bangga bukan untuk ujub-ujuban, tapi BANGGA, saat kita mampu belajar dan sedikit demi sedikit mendekat tanpa sekat dengan Yang Maha Kuat, dengan Al-Qur’an sebagai Pedoman dan Sunnah sebagai acuan.

Allahumma shalli’ala Muhammad, wa ‘ala ali Muhammad 

Sepasang KAKI


Ada yang keliru mengartikan perjalanan panjang ini?
Perjalanan yang katanya penuh onak duri, sedikit pengikutnya, dan tak tahu dimana ujungnya.
Melelahkan? Tapi kau tak kan disebut sedang memperjuangkan apa-apa jika tak lelah, kawan?! Maka berlelah-lelahlah…hingga hanya ketika kaki sudah menginjakkan surga kau boleh rehat, dalam keadaan ridha lagi diridhai…….
.
Untuk setiap perjalanan diatas bumi ini, untuk SATU tujuan ; Allah, maka satu dari sekian banyak orientasi akhirat yang harus kita baca lagi, lagi, dan lagi dalam Kitabullah adalah ; “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (Yaasiin : 65)
.
Maka wahai sepasang kaki, bertahanlah, kuatlah, dan bersabarlah. Bisa jadi saat ini kita bersahabat, akrab, dan melekat. Tapi kelak kau kan berkata jujur terhadap penciptamu. Semua  sempurna dalam catatan malaikatNya, sedang mulut ini terkunci, tak diizinkan untuk melakukan pembelaan. Maka tugasku hari-hari ini adalah mengajak mu berjalan dalam langkah-langkah yang diridhaiNya, langkah-langkah majelis ilmu, langkah-langkah yang membuat taat semakin meningkat dan iman semakin menawan, insyaa allah. Bertahanlah sepasang kaki, meski tulang tak lagi mampu menopang jasad, kerikil kecil menembus tebalnya alas kakimu, atau jemari kelu dalam beberapa saat. Bersabarlah……
.
Juga wahai sepasang tangan, kau juga. Juga akan memberikan kesaksian terhadap diri si pendosa ini. Kerja mu sebagai mata-mata telah selesai. Adakah aku memasukkan rizki dengan sebelah kiri, atau memegang yang tak diridhaiNya, atau malah mendatangkan sakit bagi sesama, sebagai bukti sunnah Nabi tak mampu tertunaikan. Maka maafkan… maafkan…maafkan…
.
Sepasang Kaki dan Tangan,
Bertahanlah, dan bersiap siagalah
Seperti bait Thufail Al-Ghifari berikut, bahwa tuanmu ini masih percaya,
“Nafas adalah kesempatan
Jiwamu adalah peluru, kawan.
Maka hatimu adalah perisainya”

Rabu, 20 Mei 2015

Semesra Rabb kita

Karena Keindahan selalu Mesra
Se-mesra Ya’qub bertanya pada putra-putranya,  tentang apa yang akan mereka sembah sepeninggalnya,
Se-mesra Isa berkata dalam buaian, “..Dia menjadikan ku seorang Nabi”,
Se-mesra Sulaiman, saat kekuasaannya tiada tanding mampu membuatnya menjadi hamba yang bersyukur,
Se-mesra Ayyub, 18 tahun terserang penyakit hingga ditinggal isteri dan anak keturunan, maka sabar menjadi obatnya,
Se-mesera kisah Luqman, putranya, dan seekor keledai,
Se-mesra Ibrahim dengan ayahnya sang pembuat berhala, namun tetap dengan panggilan mesra, “Yaa Abati…”,
Se-mesra Harun yang menemani perjuangan dakwah Musa,
Se-mesra isteri Imran dalam menazarkan kandungannya menjadi pengabdi Masjidil Aqsa,
Se-mesra Zakaria dalam meminta kepada Rabbnya, meski uban telah memenuhi rambut isterinya atau mandul menjadi penyebabnya,
Se-mesra Jibril saat memeluk Rasulullah di Gua Hira’,
Se-mesra pertengkaran Umar dan Abu Bakar, yang selalu diakhiri dg isak tangis keinsyafan,
Se-mesra cinta dalam diamnya Ali dan Fatimah, atau Fatimah dan Ali,
Dan….se-mesra Rabb kita dalam menyeru,
“Hai jiwa yang tenang,
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”
.
.
Maka kita kan temukan, Sang Pemilik Keindahan itu begitu mesra, 
Juga setiap kemesraan selalu indah dalam porsinya...

Rabu, 13 Mei 2015

Orangtua, jangan bangga dulu anaknya pacaran!

Orangtua, jangan bangga dulu anaknya pacaran!
Atau malah heran saat malam Minggu ngeliat anaknya menung sendirian dikamar, dipojokan lagi.
Bingung karena anaknya ngga ada yang ngajak/diajak buat jalan-jalan ditaman.
Atau sedih saat anaknya, meski sudah tamat kuliah tapi melewati waktu bersama teman-teman sepermainan.
.
Jangan sedih ya untuk para Ayah, Ibu
.
Kemarin, selintas lalu sempat mendengar ceramah Mamah dan Aa’ terpopuler di siaran TV Indo**ar.
Orang tua, jika justru berbangga anaknya pacaran, sungguhpun dosanya mengalir ke Ayah dan Ibunya. Atas segala kemaksiatan yang diperbuat si-anak selama pacaran, jika orang tua tiada paham dan memahamkan ilmu agama, maka dosanya juga menjadi tanggungan para Orang tua. KECUALI, jika orangtua sudah memenuhi kewajibaannya, sudah memenuhi hak anaknya memberikan ilmu agama, lalu anaknya masih tetap pacaran, maka mereka (orangtua) berlepas diri dari dosa anaknya.
.
Dasarnya sederhana , “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (Qs. 66:6)




Selasa, 12 Mei 2015

Kompas dan Ketaatan

Segala puji bagi Allah yang keruniakan kita ilmu dan pemahaman. Salah satunya tentang pemahaman arah kiblat sholat yang perlu kita ilmui sungguh-sungguh.
.
Ada sebuah cerita.
Salah satu Masjid di Pasar Baru, tempat dahulu kami lalu lalang didekatnya. Masjid yang tak perlu disebutkan namanya ini, adalah salah satu masjid yang perlu "dijauhi" sebab arah kiblatnya yang tak sesuai dengan syari'at-ini salah satu alasannya. Beberapa kali ada juga jamaah yang sempat melakukan tabayun atau klarifikasi tentang salahnya arah kiblat. Namun alasan atas banyaknya space yang akan terbuang atau kerugian materi jika dilakukan pembenahan (and this is an logically reason), maka ia dibiarkan, tak lagi dihiraukan. Barangkali ini adalah Bab Menimbang manfaat daripada mudharat.

            --------Titip "pesan ini" untuk pejuang kebaikan yang masih disekitaran----------
.
Siapalah saya yang mampu menilai dan mengambil kesimpulan dari satu sudut pandang yang tak berkompeten dibidangnya (menghela nafas)
.
Tapi kalau diingat-ingat, dalam sebuah film karya anak bangsa, Sang Pencerah, jugalah memiliki misi yang sama ; MELURUSKAN arah kiblat disetiap mushala dan masjid didesanya.
.
Lalu diingat-ingat lagi, perpindahan arah kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram juga adalah ujian nyata keimanan bagi generasi awwalun. Sebab orang-orang yan beriman tak akan ragu tentang fiman Allah "......Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka" (QS 2:144)
.
Kemudian saya juga mengingat ingat Mata Pelajaran Sekolah Dasar dalam cara melihat kompas. Lalu salah siapa saya baru menemukan cara melihat kompas yang benar, jauh setelah tamat kuliah? Atau dulu justru berpikir setiap kompas selalu rusak. (Ya ampuun miris dan menyedihkan ya..).
.
Maka setelah hikmah itu Allah ajarkan, saya sibuk mengecek kiblat-kiblat tempat saya biasa menghadapnya. Dirumah, di kantor. 
.
Jangan malu, jangan ragu buat ngecek kiblat dimana biasa kita sholat, karena ia akan mempengaruhi kekhusyukan dalam u'budiyyah. Juga jangan lupa, ia juga salah satu standar dalam keta'atan kepada Allah:')





Senin, 11 Mei 2015

Kamu, yang namanya pasaran!

Diingat-ingat lagi kita yang satu fakultas, satu jurusan, tapi beda konsentrasi pelajaran

Kita yang satu mentoring, satu majelis follow upnya, tapi dipisah saat liqonya.

Diingat-ingat lagi kita yang satu dalam periode amanah, satu dalam periode koordinator, tapi berbeda bidangnya.

Kita yang dahulu sempat satu dalam hukuman juga tetap satu dalam keinsyafan

Diingat-ingat lagi kita yang dahulu sulit sekali menyatukan hati, sulit sekali menyatukan pendapat, tapi selalu dipertemukan dengan satu poin yang sama, DO’A.

Kita punya masalah yang bebeda, karakter penyelesian yang berbeda, tapi tetap satu dalam focus dan sasaran.

Pun, kalau diingat-ingat jika kita terlalu banyak perbedaan, tapi disaat yang sama Allah juga banyak karuniakan kesamaan; setidaknya kita memiliki KESAMAAN terhadap Visi Misi dakwah ini, yang akan berujung pada kesamaan- kesamaan berikutnya, Insyaa Allah.

Kau tahu,

Ingin aku bisikkan lirih padamu, “sudah cukup beban yang kau tanggung beberapa tahun kebelakang”. Tapi aku juga paham, penerimaan mu akan hakikat dakwah dan amanah lebih besar daripada konsekuensi yang akan kau terima meski harus mengeluarkan segala isi perutmu dalam Maag Kronis dan tukak lambung, sedihnya aku saat itu :(

Kita memang bukan Mukminat yang sempurna, tapi insyaa allah kita sama-sama saling menguatkan untuk menjadi mukminat yang Allah mau,

Kita juga bukan seorang da’iah yang paripurna, tapi insyaa allah kita akan terus sama-sama saling melengkapi, saling menguatkan

Kita tak akan peduli apa yang orang lain nilai tentang kita selain untuk introspeksi, sebab yang kita utamakan adalah penilaian Allah,

Allah giring kita hingga sejauh ini, Allah ajak kita untuk saling menilai dan memahami satu sama lain, lalu kita ambil kesimpulan bahwa kita saling mengisi, saling membutuhkan

Allah ajak kita untuk menyelami kedalaman ukhuwah dengan segala jenis problematikanya, 

Allah bimbing hati hati kita untuk mudah menerima nasihat, hingga kita satu dalam pemikiran; kita takut Allah murka,

Maka kamu, Riri, yang namanya pasaran (hehehe),
Tetap sajalah berpegangan didunia hingga akhirat, ya!

Janji?!




Jumat, 08 Mei 2015

Murobbi (harusnya) tak perlu risau

Sudah berapa lama tarbiyah? | Bulanan? Tahunan? atau bahkan puluhan tahun? |
Sudah berapa banyak materi yang dicatat, daurah yang diikuti? | Ah...sedihnya kita, terlalu memaknai kekurangan sebagai manusia-banyak lupa dan khilaf.
.
Adakah yang tertinggal dihati? Sedikit saja.
Adakah yang tertinggal dipikiran? Sedikit saja.
Adakah yang terterapkan dalam laku? Satu saja.
.
ADA!!!
.
Untuk kita, yang mengikuti lingkaran-lingkaran pekanan penuh kesyukuran dan kesabaran, pasti ada. Untuk kita yang memahami segala kurang dan lebihnya rekanan, juga pasti ada.
Dan untuk kita yang meniti jalan terjal penuh onak duri ini, tiada banyak pengikutnya, dan tiada tahu kapan ujungnya ini, pastilah ada.
.
Murobbi hanya sebagai perantara hidayah Tuhan, setelahnya kau yang tentukan pilihan.
Murobbi hanya sebagai fasilitator penyampai materi, setelahnya kau yang 'amalkan.
Murobbi hanya sebagai 'penerima' 'amalan yaumi, setelahnya kau yang istiqomahkan.
Murobbi hanya sebagai reminder agenda agenda tarhib, daurah, dan tastqif, setelahnya kau yang menghadirkan.
Murobbi hanya sebagai pemberi amanah binaan, setelahnya kau yang teruskan.
Murobbi hanya sebagai pemberi pemahaman pergerakan, setelahnya kau yang 'takdirkan'
Murobbi hanya sebagai pertimbang dalam ta'aruf, setelahnya kau yang putuskan.
.
Memang 'hanya sebagai', tapi 'hanya' dan 'sebagai'nya ini cukup signifikan, bukan?
Baik signifikan dalam dampak positif, ya semakin meningkatlah ia dalam amal dan tindakan. Signifikan juga dalam negatifnya, minimal minimal mental.
.
Maka, cukup ucapkan dalam lirih dan rendah suara kita,
Seba'da dari beliau, selepas dari lingkaran beliau, atau ter-transfer ke rekanan beliau, gemingkan dalam hati,"Wahai Murobbi, tak perlu kau cemaskan kami. Tak perlu kau risaukan kami. Sebab sekian tahun kebelakang, waktu yang berlalu, sudah cukup bekal mu terhadap kami."
.
"Tak perlu kau khawatirkan amalan kami, tak perlu juga kau gelisahkan pergerakan kami, tak perlu kau tanyakan amanah kami, sebab kami, dari setiap yang terterima dan diresapi, begitu yaqin hati kami atas takdir yang menggiring kesini. Dan Allah, tiada mungkin sia-siakan kami"
.
Titip pesan, untuk para Murobbi yang tak lagi membersamai langkah-langkah kami, tapi do'a dan kontribusi mereka terhadap diri ini begitu berarti. Semoga Allah karuniakan kesehajteraan hidupnya, keluarganya, anak cucunya.
.
Sepenuh cinta untuk mu, para Murobbi kami
:')

Kamis, 07 Mei 2015

bahagia itu MUDAH

Pas liat photo ini, langsung bahagia. Ngeliatnya aja udah membahagiakan, apalagi benar2 menghayatinya ya...

‪#‎mikir‬
.
Amel bahagia, sebahagia memiliki Mama Papa yg jasanya tak terbeli, tak terganti..
Amel bahagia, sebahagia punya Mas yg dulu pas amel kuliah dia bela2in kirim jajan sampe kecelakaan,
Amel bahagia, sebahagia punya kakak Ipar yang baeknya sampe mau beliin android,
Amel bahagia, sebahagia punya saudara shalihah yang sabaaar kali ngedengarin cerita cerita ngga jelas,
Amel bahagia, sebahagia punya kakak mentor pertama yang sampai sekarang selalu jadi andalan buat teman cerita,
Amel bahagia, sebahagia tinggal diwisma dengan oranh yang silih berganti, tp kebaikannya tak didapatkan dikos semewah apapun,
Amel bahagia, sebahagia 4 tahun dikepengurusan FSI, banyak ilmunys, banyak belajarnya,
Amel bahagia, sebahagia membersamai lingkaran kecil 3 tahun, cukup mengajarkan ttg makna ta'luful qulb,
Amel bahagia, sebahagia ngumpul bareng Asikers yang rata rata suka bikin kesal tapi ngga bisa marah sama mereka,
Amel bahagia, sebahagia pernah mampir diwisma klinik FK, dg warna yg berbeda dan 'bau' yg berbeda (bau obat,hehe)
Amel bahagia, sebahagia 3 bulan di Arrisalah ttg visinya yg membentuk generasi penuh berkah,
Amel bahagia, sebahagia dapat keluarga baru di PKPU, yg sefikrah, se visi, se misi
Amel bahagia, sebahagia disini, di Agam, dpt keluarga lingkaran baru, ternyata ngaji di daerah feelnya lebih menantang daripada dikota:D
Amel bahagia, sebahagia tinggal dirumah Bude Pakde, gratis, ngga bayar
Amel bahagia, sebahagia punya teman dr Jawa namanya Mumus yang lihai ngerjain urusan rumah,
.
Amel bahagia....
Benar-benar bahagia,
.
Sebab Bahagia itu sederhana. Sesederhana tersenyum, dan bersyukur atas kebaikan yang Allah titipkan melalui orang lain:')
.
Banyak lagi hal yang ngga bisa kita ingat, kita itung. Kalau udah gitu, jadinya ngga ada lagi alasan buat ngeluh, sedih, galau..
.
Bahagia itu, mudah
kan?

Rabu, 06 Mei 2015

Mangat!!!

"Jikalah bukan kebaikan yang menguasai hati dan pikiran kita, mana mungkin kebaikan juga yang akan tertularkan melalui akhlak dan lisan kita. Maka sebaik-baiknya penguasa hati dan pikiran adalah Sang Penguasa itu sendiri"
.
Pelajaran siang ini, benar-benar segala sesuatu yang berlebihan berdampak negatif terhadap segumpal darah, HATI. Hatta hal itu adalah sebuah semangat, semangat yang berlebihan. Pun tidak cukup baik. Jika bergerak karena bersemangat itu baik, maka ia jugalah harus seimbang dengan produktifitas setiap kata dan laku.
.
Bersemangat, artinya bekerja dengan perencanaan
Bersemangat, artinya mengelola yang akan dikatakan
Bersemangat, artinya bijaksana mengatur langkah dan gerak
Bersemangat,  artinya tidak berlebih-lebihan seolah-olah dunia harus tahu kau sedang semangat, TIDAK. Bukan begitu, kawan.
Bersemangat, juga tidak selamanya diwakilkan dengan candaan, tawaan.
.
Tetap Semangat dalam koridor dan aturan mainNya, lalu memohon kepada Allah, "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami...."(Ali-Imran 147)
.
.
Allah, semoga Engkau saja yang menguasai lahir batin kita, hingga semangat sekalipun karena Allah, Lillah~

MEME(i)

Sering kita melewatkan kebaikan yang ada disekitaran kita. Meski ia lalu lalang setiap hari tanpa henti, tapi mata kita selalu tertuju kepada yang tak terjangkau. Tak acuh akan keberadaannya, tak peduli akan nilainya. Hingaa suatu ketika, terseliplah rasa sepi kala ia tiada. Mungkin ini makna sebuah ungkapan, bahwa kita akan merasa butuh saat ia tak lagi ada atau pergi.
.
Maka lembaran kali ini, selain untuk menyadarkan diri, jugalah sebagai perantara kesyukuran yang meluap-luap. Alhamdulillah. Akhirnya Allah munculkan perasaan saling membutuhkan itu. Jangan sombong! Maunya hanya merasa dibutuhkan, padahal dulu saat belajar Ilmu Pengetahuan Alam kita kenal hakikat simbiolis mutualisme ‪#‎halah‬
.
Juga karena ingin mengejewantahkan rasa CINTA , sebab kata Rasul tak masalah jika cinta diungkapkan kepada saudara se-iman, se-islam. Justru ia akan saling menguatkan, asal jangan keseringan:'D
.
Lalu, kenapa? Kenapa dengan dia?
.
Dia wanita Plegmatis, pendiam.
Terlalu banyak ia bergerak dalam diamnya, takut dalam diamnya, bertanya dalam diamnya, hingga berbuat baik dalam kediaman. Seolah-olah hanya dia dan Tuhannya yang tahu. Padahal aku tahu,
Juga tersadar bahwa adiknya ini banyak merepotkan,banyak menyusahkan, maafkan....... 
.
Kak Memei........
Setelah sekian tahun kita kenal, hari hari terakhir menjadi acuan dalam penilaian. Meskilah kita berbeda ruangan, tak ada lagi yang akan menjawab bersin amel... Meski bersebelahan dan berbatas dinding, kaki ini akan tetap melangkah kehadapanmu meski hanya menyetorkan senyum garing. Meskilah hanya beberapa hari tak ada kakak dikantor, rasanya sepi. Padahal ada, ngga ada juga akan tetap sepi. Tapi ya gitu, ada perasaan ramai ketika kita berada diantara orang yang pendiam sekalipun.
.
Ini lah makna Ta'liful Qulb, keterikatan hati.
‪#‎hugs‬ kakaaak....
.
Semoga tetap bersama ya kak, saling berpegangan dalam perjalanan didunia, hingga kelak menuju akhirat
Aamiin

Selasa, 05 Mei 2015

GALAU Syar'i

Galau-lah secara SYAR'I
(Lanjutan catatan Galau pertama)
Tentang hidup dan kehidupan ini, masih adakah yang berkeluh kesah?
Yang mengeluhkan panas ketika kemarau, atau hujan pada musimnya. Yang mengeluhkan rezki berupa makanan yang terhidang, atau santapan yang sengaja di sisa kan karena gengsi.
.
Masih ada juga yang mempertanyakan keadaan, tentang takdir yang tak sesuai harapan, rencana yang tak sejalan dr rancangan, atau musibah yang datangnya kita jadikan prasangka.
.
‪#‎menghela‬ nafas
Memang apapun adanya, kita tak mampu mengelak dengan fitrahnya manusia, suka berkeluh kesah. Dalam kondisi yang bagaimanapun, selalu ada alasan dan cara apapun untuk dikeluhakan, istaghfirillah..
.
Tulisan ini bukan untuk mengajak kita berkeluh kesah secara jama'ah, bukan jg menilai diri mampu menghindar darinya, hanya kita...selalu dihadapkan pada pilihan pilihan, maka untuk GALAU dan mengeluh pun ada pilihan.
.
"Galau-lah secara SYAR'I"
.
Semakin banyak media sosial yang diciptakan, semakin banyak pula cara, sarana, dan gaya kita dalam mengeluhkan keadaan.
.
Galau nya sih ngga masalah, caranya yang kadang kita sering keliru. Juga sering lupa kalau Medsos ngga akan bisa kasih solusi apa-apa.
.
Galau lah secara syar'i, yakni saat dimana kita melepas segala lelah dan gelisah diatas sajadah.
Galau lah secara syar'i, yakni saat dimana kita bertanya-tanya ttg takdir Ilahi, yakin saja bahwa janjiNya tak akan diingkari.
Galau lah secara syar'i, yakni saat kita dikecewakan oleh keputusan keputusan duniawi, selalu ada balasan akhirat jika kita menerima karena Allah dan menyertakanNya.
Galau lah secara syar'i, yakni tak perlu lah seluruh dunia mesti tahu, cukup 1 atau 2 karib yang memahami dan membantumu dalam do'a do'anya.
Galau lah secara syar'i,...... (tambahkan sendiri yaa) 

Senin, 04 Mei 2015

Penerbit : Allah.SWT

Lalu pada akhirnya kami paham, bahwa sebaik-baiknya pengikat ilmu adalah dengan mencatatnya, sebaik-baiknya nasihat adalah teruntuk dirinya sendiri, dan sebaik-baiknya pengingat diri adalah apa yang tercatat dalam ingatan maupun bentuk verbalnya.
.
Lalu pada akhirnya kami pun paham, bahwa tak selamanya blogger blogger berakhir indah disebuah percetakan buku, meski penulis hebat berawal dari tulisan-tulisan sederhana, yang pada akhirnya memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk unjuk gigi.
.
Maka jadilah aku,
Blogger yang abal-abal,
Juga tak layak disebut (calon) panulis.
.
Hanya ingin belajar dan terus belajar. Lalu mengajak yang lain untuk sama sama belajar dan saling mengingatkan. Namun tetap memegang prinsip dan bai'at seorang da'i,
"Nahnu Du'at Qabla Kulli Sai" 
Kamu adalah Da'i sebelum apapun kamu
.
Lalu kesimpulannya......
Udah. Jangan terlalu terobsesi untuk menjadi seorang penulis buku, cukup terus jaga niat yang ada, lalu belajar lagi, lalu menyeru lagi, lalu menulis lagi. Semoga indah diakhirnya, dan tiba-tiba kelak dihadapan kita sudah terhampar sebuah buku catatan yang disimpan dalam 'Illiyyin, covernya
Penulis   : Amel,
Penerbit : Allah.SWT
.
Insyaa Allah:")


KAPOK (titik)

Saya Kapok!
(Salah satu cerita dari sekian banyak cerita, dari salah seorang akhwat dari sekian banyak akhwat)

Jika menilai dan dinilai adalah sebuah keniscayaan, maka penilaian adalah mutlak adanya. Ntah itu baik buruknya sebuah nilai tergantung sudut pandang pelaku utamanya. Maka saya, yang akhir-akhir ini termasuk pribadi yang kapok dalam menilai orang lain, menjadi semakin sadar bahwa penilaian kita benar-benar terbatas space-nya.
.
Ruang lingkup dan batasan kita dalam melihat, menilai, hingga mengambil kesimpulan benar-benar tak ada bandingannya dengan apa yang akan Allah perlihatkan nanti sebagai hikmah dibelakangnya.
.
Jika awalnya saya mampu melihat baik dan indahnya sepasang suami isteri, namun tak Allah izinkan hingga akhirnya. Sebab dari sumber yang terpercaya, semua tidaklah dimulai dengan kebaikan.
Jika awalnya saya mampu melihat kecocokan dalam sebuah CV tertulis, namun tak Allah izinkan hingga akhirnya. Sebab pemahaman kami tentang sumber rezki berbeda adanya.
Jika pada awalnya saya mampu menyatakan ketertarikan karena Hafidznya, tapi tak Allah izinkan hingga akhirnya. Sebab tentang jama'ah kita tak satu dalam penerapan.
.
.
Jika pada awalnya....
Hingga pada akhirnya....
Dan selalu begini,
.
.
Adakah keyakinan yang meragu pada janji Tuhan yang Maha Melihat dengan pandanganNya Yang Maha Sempurna?
TIDAK!!!
.
Justru sebaliknya, dan seharusnya kita semakin yakin, bahwa tujuan yang baik, proses yang baik, in syaa allah juga akan berakhir dengan baik.
.
Jadi jangan terlalu cepat dalam mengambil kesimpulan, juga jangan terlalu "berani" dalam menilai, cukuplah kita meminta dan memohon agar dikaruniakan mata yang mampu memandang dengan mata Allah, dalam artian, KERIDHAAN dan KEBERKAHAN Allah menjadi hal utama dalam memutuskan.
.
Semoga Allah menjaga kita:')