"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Rabu, 23 Desember 2015

Terimakasih "Kehilangan"


Tulisan ini, di rilis ketika segala sisi dan kondisi mulai stabil dan fleksibel, siap dengan pertimbangannya, siap dengan keputusannya, dan siap dengan penerimaannya.
Beberapa hal tentang “Kehilangan” yang akan diceritakan, berikut juga dengan hikmah yang terlalu banyak untuk dijabarkan. Tetapi, beberapanya mungkin akan  disebutkan.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 “Jika kau tidak siap dengan kehilangan hal  kecil, bagaimana mungkin kau akan siap dengan kehilangan hal yang besar?”

Bukan tentang sebuah awalan, tapi bagaimana setiap proses mampu membentuk setiap kepribadian. Bukan tentang sebuah perpisahan, tapi bagaimana setiap pertemuan terajut indah hingga mampu memaknai apa itu “ukhuwah”. Bukan juga tentang ketermilikan, karena setiap kehilangan akan digantikan dengan ketermilikan-ketermilikan berikutnya.

Kehilangan Yang Pertama, tentang Lembaga yang mengharuskan untuk melakukan pembelahan diri. Logika sederhananya, sebuah sel akan membelah diri agar segala fungsi organnya bekerja dengan baik, tidak terlalu berat, dan yang paling penting adalah berkembang biak. Maka Lembaga Kemanusiaan Nasional ini akan terbagi dalam 2 fokusan, entah itu yang focus pada zakatnya saja, juga yang focus pada kemanusiaannya saja. Untuk apa? Sungguh yang memahami kondisi ini, insyaa allah akan bersepakat tentang hakikat kemashlahatan umat., untuk kebaikan umat agar Zakat mampu diorganisir dengan baik, massif, dan menyeluruh, Insyaa allah. Juga berkenaan dengan targetan yang lebih besar, agar saudara di Luar Negeri sana, dibelahan Bumi manapun, dengan suku dan warna kulit apapun mendapatkan pemenuhan kebutuhan dan berkahnya rezki sesama saudara. Masyaa Allah.

Benar bahwa kami akan menjalani sebuah proses yang tidak biasa, benar bahwa kami akan “kehilangan” beberapa rekanan sejawat,  juga benar bahwa kami harus melipatgandakan kekuatan dan pertahanan dari yang sebelumnya, tapi TIDAK untuk persaudaraan yang kami miliki, tidak untuk silaturrahim yang kami bangun sendiri. Sebab kami, berhubungan bukan hanya karena pekerjaan, kami berinteraksi juga bukan hanya karena urusan kepentingan, kami berkomunikasi tidak hanya sekedar antara karyawan dan pimpinan. 

Secara pribadi, seluruh kolega memiliki kesannya sendiri-sendiri, menciptakan ruang disudut hatinya sendiri-sendiri, menentukan ukurannya pun sendiri-sendiri. Mulai dari pimpinan yang siap mendengarkan segala apa yang disampaikan bawahannya, hingga kepala divisi yang memotivasi bawahannya untuk terus memperdalam segala hal tentang menulis bahkan pun memandu untuk membuat blog pribadi. Atau juga tentang kelakar dan pembuliyyan yang berlebihan, yang sesudahnya diakhirkan dengan kata maaf, atau….setahun kebelakang yang menjadikan saya banyak belajar tentang penerapan ilmu-ilmu yang didapatkan, juga termasuk dalam mendapatkan ilmu baru serta berbagi apa-apa yang dipahami. Bukan berlebihan, sama sekali tidak. Melainkan ini pengakuan, bahwa mereka semua ISTIMEWA. Intimewa dengan keunikannya masing-masing.

Jazaakallah Khair untuk Pak Zul yang sudah menjadi kakak sekaligus pimpinan yang statusnya bukan “mendikte”, melainkan mengarahkan. Jazaakallah khair atas segala apresiasi yang barangkali termasuk kedalam kategori berlebihan, tapi mudah-mudahan ia menjadi do’a… Do’a untuk kami, karyawannya agar semakin total dalam pemenuhan amanah. Bukankah do’a pemimpin yang adil itu makbul? Mari berburu do’a mereka, do’a para pemimpin sholeh dan yang mensholehkan… (Do’a apa yaaa, hehe). Tapi, jazaakallah khair Pak Zul, untuk segala kebaikan yang tidak mampu dirincikan.

Jazaakallah khair untuk Pak Adin, Kepala Bidang yang mengarahkan kerja bawahannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Untuk setiap sajak dan pantunnya yang menghibur, untuk setiap motivasinya yang dilebur, semoga sehat selalu, juga tidak pernah berhenti untuk terus berkarya dalam keunikan dan ke-khas-annya.

Jazaakallah khair untuk Pak Ferry. Banyak belajar tentang sabar dan ketenangan dari Pak Ferry, banyak belajar menahan amarah bahkan pun sudah sampai ke taraf “penyudutan”, dan mohon maaf saya menjadi salah satunya. Tapi, sabarnya Pak Ferry luar biasa.
Jazaakillah khair Kak Lusi. Kakak, yang pribadinya mudah untuk didekati. Sanguinisnya kental sekali, kadang-kadang suka “bertengkar” dengan sanguinisnya saya, tapi….mendiskusikan banyak hal dengan kakak adalah sebuah keasyikan. Berbicara empat mata dengan kakak adalah kelegaan, lega karena mampu memberikan solusi entah itu tentang pekerjaan atau urusan pribadi. Dan yang akan “diopor” ke Padang, semoga kakak Allah kuatkan dengan kebaikan yang sudah dilakoni. Sayang kakak karena Allah, semoga didekatkan jodoh se-hidup se-jannahnya segera, Aamiin
Jazaakillah khair untuk Front Line kami, Nurul. Ternyata usia memang tidak menentukan tingkat kedewasaan seseorang, ya Nurul. Untuk beberapa moment kita pernah saling bekerjasama, lalu Nurul menjadi yang menenangkan dikala yang lain “sok hiruk pikuk” (maksudnya saya-red). Jazaakillah khair atas segala kemudahan yang diberikan, juga kelembutan yang meneduhkan, semoga Nurul tetap Istiqomah, untuk setiap kebaikan yang pernah didapatkan selama “kita” bersama.
Untuk Kak Meri, Jazaakillah Khair ,Kak…. Terimakasih sudah menjadi pendengar yang baik, untuk hal apapun dan dimanapun, untuk yang sudah menemani segala yang amel minta, bahkan sampai minta tolong ambil gambar di Jam Gadang, atau untuk semua baiknya yang tidak tampak tapi begitu terasa. Salam Koleris dari Amel, kak… semoga dikuatkan kakak untuk jasad dan ruhnya.
Untuk kak Rahmi, Jazaakillah khair. Kakak yang menjadi alasan kedua untuk menangis menahan rindu, untuk yang diam-nya begitu menggelisahkan dan tidak menenangkan, juga kakak yang mampu mengambil hikmah dengan caranya yang berbeda. Tentang perjalanan hidup, barangkali kita memang berbeda. Tapi sungguh, hikmah yang ingin kita kumpulkan adalah hikmah yang sama, bukan?
Untuk Kak Menda, “Kok kakak baik kali, ya?”. Aduh, maaf kak kadang amel memang suka mendominasi. Hehe. Tapi kak Menda sabarnya, tenangnya, baiknya, bahkan helmnya sampai harus “dihilangkan”, tetap tidak apa-apa. Kak Menda…..:”)
Untuk Pak Kasman, Jazaakallah khair karena sudah mau disusahkan dengan permintaan pulsa kapanpun kami mau (udah gitu nunggak lagi), Jazaakallah khair Pak, semoga usahanya semakin lancer, jaya, dan berkah.
Pak Bus, Jazaakallah khair sudah menjadi salah satu partner yang “sekufu”. Mudah sekali connect apa yang amel sampaikan dengan apa yang dimaksudkan. Pak Bus masih hutang cerita lho, ya. Jazaakallah khair Pak Bus, semoga dilapangkan rezkinya untuk mendapatkan momongan.
Untuk Pak Diko dan Pak Abbas, sengaja “disimpelkan” agar tidak menjadi fitnah. Tapi Jazaakallah khair untuk semuanya. Ide, gagasan, kritik, saran, masukan, dan kelegowoannya selama beriteraksi.

-----------------
Akhirnya, ini bukan sebuah pengumbaran kebaikan, tapi cara kita dalam berterimakasih bisa jadi berbeda. Dan kali ini, saya berterimakasih untuk sebuah “kehilangan” , yang sebelumnya – betapa mereka, sudah menciptakan sebuah “kehadiran” nya masing-masing dengan caranya yang berbeda-beda.

Uhibbukum Fillah,

bersambung
(Untuk "kehilangan" yang Kedua akan menyusul,hehe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar