"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Sabtu, 21 November 2015

Formula DARI, UNTUK, dan OLEH saya

Seorang teman bertanya tentang perasaan jauhnya Allah dengan dirinya.


Kaget!
Heran.... bahwa beliau ini saya kenal dg penjagaan sholat fardhu diawal waktu luar biasa, tilawah, dikir ma'tsurat, puasa senin kamis apalagi... Rasanya dari segi mata dzahir manusia, tidak ada maksiat dan dosa besar yang dikerjakan... Wallahu'alam maksiat dan dosanya dalam kesendirian diserahkan lagi ke beliau. Lalu kenapa bisa ia merasa berduka dengan amalan yang baik ini? Sebab merasa Allah jauh, saya takut sekali jika ini prasangka yang akan membuahkan sebuah kenyataan:  Allah menjauh karena prasangka yang justru kita timbulkan sendiri..



Perlahan... 
Saya mencoba menyampaikan apa yang pernah saya alami, krn contoh yang paling dekat itu berada dalam diri kita.


"Kak.....Allah tidak mungkin jauh dengan hamba yang menjauhkan dirinya dari dosa besar. Allah tidak mungkin jauh dengan hamba yang bermaksiat lalu bertaubat. Justru allah senang dg kita yg seperti itu. Allah ngga mungkin jauh dg kakak yang selalu menjaga amalan wajib dan sunnah. Jadi jika itu adalah prasangka, kita berdo'a agar Allah segera menghilangkannya"

Lalu saya membandingkan dg apa yang dulu dialami, dan saya sampaikan..."Tapi iman memang butuh untuk diupgrade kak.... hidup ini, dengan ujiannya yang naik kelas...membutuhkan penjagaan dr iman yg sebanding pula. Bisa jadi kk mengalami ujian saat ini, tapi dg level iman dikelas yang sebelumnya. Memang ngga bisa begini kak. Maka solusinya bukan merasa Allah jauh, tapi kk dituntut untuk lebih lagi dalam penjagaan dari iman yang sebelumnya"


Allah dekat, kok.
Kadang kita aja yang membuat jurang pemisah dengan Allah yang begitu melebar.



1.Amaliyah 
2.Ketaatan pada Jama'ah
3.Solusi yang berawal dari kesadaran.


Dan saya solusikan (masih berdasarkan apa yg saya paham dan alami) tentang 3 hal diatas....

Ini berlaku umum, tidak khusus untuk beliau yang bertanya saja, bahwa peningkatan keimanan bisa kita lakukan dengan 3 cara...


Peningkatan Amalan wajib dan sunnah dari yang sebelumnya. Dan ini poin inti hablumminallah kita. Tapi tidak cukup sampai disana.
Kita perlu bersama dalam kebaikan dan penjagaan... kita butuh teman yang menguatkan, maka KETAATAN pada jamaah adalah salah 2 pencapaiannya. Ntah itu ketaatan pada sistem/manhajnya,  atau ketaatan pada 'pembimbingnya' atau qiyadahnya  selama ia mengajak pd kebaikan. Dan alternatif ini adalah yang paling cepat progresnya untuk dirasakan.


Lalu yang ketiga, poin kesadaran lalu menghadirkan solusi. Dari sadarnya kita tentang kebutuhan iman, kita bisa memilah apa yang sedang dibutuhkan iman. Apakah dari segi jenis bacaan bukunya,  sebab buku juga berbeda versi dan isinya, apakah dari segi pemenuhan hak orang lain yg dilalaikan, apakah ada kedzaliman yang ditimbulkan, dsb.... Dan ini merupakan  solusi dalam hal gerakan.

Ini formula yang saya buat sendiri. Boleh sepakat boleh juga engga. Ini negara bebas, kok 
#Eh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar