"Wahai orang-orang yang beriman!Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu-Muhammad:7"

Senin, 01 Februari 2016

Ada kemurnian, keikhlasan, dan totalitas didalam diri Tukang Kayu ini. Benar-benar ada!



Mari sejenak terhenti pada titik keimanan Habib Ibn An-Najjar, seorang Tukang Kayu dengan keimanan yang sungguh menawan. Tidak bosan bosannya kita membaca ulang tentang kisah beliau dalam rangkuman indah Salim A Fillah, dalam Lapis-Lapis Keberkahan-nya. Ia, adalah penggamit hati di Surah Yaasiin pada ayat 22 hingga 27. 

Sejarahnya mempesonakan! Betapa tidak, hanya dengan melihat utusan Allah datang ke kotanya, lalu ia bersorak kepada kaumnya, “Wahai kaumku…..ikutilah utusan itu”. Tidak lama, setelah ia mendengar seruan dari para utusan, ia ikrarkan keimanannya yang suci, ia lantangkan tauhidnya yang agung, ia sorakkan kemurnian aqidahnya kepada para pemuka dinegerinya.

Katanya, “Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata”(36:22-24)

Allah rekam indah ungkapannya dalam Al-Qur’an, meski ia bukan Nabi, bukan Rasul, dan bukan pula ulama. Tapi kita belajar, bahwa kemurnian keimanan itu bisa dari mana saja, bisa dari siapa saja, maka apa kiranya yang menghalangi kita, yang bisa jadi merasa sudah lebih lama berkecimpung dalam dunia dakwah ini, dibandingkan Habib An-Najjar yang cukup dengan mendengarkan apa yang dibawa oleh para utusan, lalu mengimani, dan mengikrarkan, dan total dalam pengorbanan.

Masyaa Allah, Allah yang membukakan hidayah untuknya.

Apa cukup sampai disana saja? Tidak!
 
Setelah ia ikrarkan, adalah sunnatullahnya musuh-musuh Allah dan musuh kebaikan tidak menyukai. Maka para pemuka kaumnya mengeroyok, menyiksa hingga remuk dadanya, hingga terburai ususnya, dan menghabisi si Habib, karena kekhawatiran yang kian menyergap jikalah ia dibiarkan, maka seluruh penduduk negeri akan meninggalkan budaya dan tradisi nenek moyangnya.

Ditengah perihnya penyiksaan, dengan darah dan nafas yang tersisa, tidak menghilangkan sungging di senyumnya, lalu ia berkata, “Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku.” (36:25)

Ikrarnya sederhana, hanya ingin disaksikan. Tapi ia, membuat para utusan cemburu. Cemburu dengan keimanan yang begitu cepat ia pahami dan maknai.

Masih belum berhenti.
Keimanan yang murni ini menjadikan ia peroleh ampunan dan kemuliaan di surga, hingga ia bergumam mesra diatas semua kenikmatan itu, “Dikatakan (kepadanya): “Masuklah ke surga”.  Ia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”(35:26-27)

Lagi-lagi keinginannya sederhana, agar kaumnya tahu, agar kaumnya paham, karena apa ia dimuliakan Allah di surga, jika bukan karena keimanan yang murni dan tauhid yang bersih.

Assalamu’alaina wa ‘ala ibaadillahishshoolihin

Salam untuk mu Penggamit Hati di Surah Yaasiin, Habib Ibn Surri An-Najjar, yang namamu tak begitu dikenal, tapi sungguh, benar-benar kami ingin mewarisi kemurnian tauhid dan kejernihan iman yang ada didalam dadamu.

Salim Akhukum Fillah
Lapis-lapis Keberkahan halaman 103

Bukittinggi, 1 Februari 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar